Una Dilarang Masuk Mesjid Ampel, Huhuhu!

Setelah una mampir House of Sampoerna, una dan Mbak Lis naik becak menuju daerah Ampel. Itu lho fren, daerah tempat Sunan Ampel dulunya bermukim. Nggak kenal Sunan Ampel???

Una juga...

Belakangan kuketahui kalau ia merupakan anak dari Sunan Gresik dan yang mempopulerkan istilah Mo Limo. Nggak tahu Mo Limo??? Mo Limo itu moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon yang artinya emoh main judi, emoh minum, emoh maling, emoh ngobat, emoh main perempuan. 

Mbak Lis yang sebegitu besar dan una yang tak kalah besarnya naik becak kecil a la Surabaya. Becak Surabaya jauh lebih sempir dari becak Jogja boo'... Bayangin aja tuh dua orang ginuk-ginuk naik becak kecil. Alhasil Mbak Lis ngalah duduk agak majuan... una yang bersandar.

Banyak yang menyarankan untuk naik becak saja ke Ampel ketimbang naik taksi karena nggak jauh. Eh rupanya... ya lumayan jauh untuk ukuran nggenjot becak. Mana bapak-bapaknya sudah tua, pas jalan naik dia turun buat dorong dua kuda nil becaknya. Kasian...

Tapi seru sih, jalannya kan lambat tuh bisa liat-liat kiri kanan jalan, rumah-rumah kuno gitchu... sampai akhirnya kami sampai ke depan gang Ampel Suci. Pak becaknya di awal bilang bayarnya 10 ribu, tapi jauhnya ngono rek, panas meneh, ya ditambahi dua ribu deh. (Wehehehe pelit amat yah.)

Ibu una yang waktu lagi itu di Cebu begitu perhatiannya sampai mengirim pesan untuk mengingatkan jangan lupa bawa uang kecil karena biasanya daerah gitu-gitu tuh banyak orang minta-minta. Emang iya sih fren, objek makam, masjid sunan-sunan di mana-mana perasaan banyak orang yang minta-minta. T.T

Satu gang Ampel Suci ini kiri kanannya semuanya toko-toko. Macam-macam lah, ada toko baju, toko arab-araban (hehe maksudnya jual celak pacar kosmetik dll), ada warung nasi kebuli, dan yeah nggak perlu jauh-jauh ke Saudi buat beli oleh-oleh arab, beli aja di sono hihi atau nggak di Tanah Abang :P Dan dikira semua orangnya orang turunan Arab kabeh, eh ternyata nggak juga tuh. -____-"

Ujung gang ini ialah salah satu pintu masuk Masjid Ampel. Waktu una ke sini sih ya ke sini aja, tanpa riset apa-apa. Taunya Ampel ya Ampel aja. Eh lagi serius browsing, mas-mas penjaga kotak amal dekat Masjid Ampel berujar, "Eh mbak-mbak nggak boleh masuk..." Tapi una nggak denger.

Sampai Mbak Lis bilang, "Un un, gak entuk mlebu."

Tampangku bingung.

Masnya, "Orang keren Pakai celana pendek nggak boleh masuk mbak."

Ehhhh? Sungguh una lupa kalau acaranya ke tempat ibadah. Jadilah una pakai celana pendek hotpants. Nggak ding, punya BANGET una hotpants... yah, padahal belum ngambil air sumur yang sering dibicarakan orang itu, fufufu...

Tapi nggak apa-apa deh, bisa jadi pelajaran, kalau mau ke tempat ibadah harus pakai baju yang sopan, paling tidak celana panjang dan kaos berlengan. Eh tapi seingat una masuk Masjid Agung Jawa Tengah dan Al Mashun di Medan diboleh-bolehin aja pakai celana pendek hihihi, tapi cari aman lah ya.

Sign di Gereja St. Lawrence, Macau

Ujung-ujungnya sampai Ampel cuma beli celak dua biji, hihihi. Pas beli pun pedagangnya khas gimana gitu. Waktu una bayar celak yang dibeli, diberikanlah uang ke pedagangnya. Pedagangnya setelah itu bilang, "saya jual ya." Sambil mengkebit-kebitkan uangnya ke depan barang dagangannya yang lain.

Jadi ingat pedagang di Arab sukanya halal-halalan.

"Dua riyal, halal?"

"Halal, halal."

"Ok ok, halal."

"Ya halal halal."

Halal aja terus nggak selesai-selesai... T.T

Huhuhu pengen ke Ampel lagi, liat masjidnya dan ambil air sumurnya... 

♥♥♥

Hey hey, baca tulisan una di blog WB ya: Berlayar di Daratan dalam Monkasel