Dalam Bahasa Jepang, benci adalah 'kirai'.
Benci adalah Kata yang Kuat
Ngga Sadar Kalau Rasis
"Aku ngga suka kalau kamu bilang aku mirip George."
Begitu yang temanku bilang kepadaku. George itu karakter monyet dari Curious George dan aku punya bonekanya yang sudah menemani hidupku hampir 25 tahun. Aku punya teman kulit hitam yang potongan rambutnya mirip George dan aku pernah melihatnya saat celananya melorot (sedikit doang 😂) sehingga menurutku makin mirip dengan boneka George-ku yang pakai baju tapi tidak pakai celana.
Aku ngga sadar kalau aku suka mirip-miripin dia sama boneka George itu menyakiti perasaannya. Dia pun bilang kalau orang kulit hitam tuh sensitif kalau dikatain seperti monyet karena mereka dari sejarahnya memang sering dikatain mirip monyet.
Aku pun bilang kalau aku bilang dia mirip George bahkan ngga kepikiran karena kulitnya hitam. Apalagi di Indonesia perasaan biasa kalau ngatain orang kaya monyet. Dan menurutku manusia kan memang mirip monyet. 👀
Boneka George-ku merupakan sebuah hadiah dari teman ibuku yang berasal dari Amerika Serikat. Dia membelikanku boneka George karena dia merasa George mirip denganku. 😂 Dari kecil sampai sekarang, aku hidup bersama George tidak pernah tersinggung kalau dibilang mirip boneka monyet. Ibuku juga ngga tersinggung anaknya dikatain kaya monyet. Dalam hati ibuku paling, "Emang mirip." 😂
Tapi yang menurutmu biasa aja kan belum tentu buat orang lain biasa saja kan. Menurut kita kayak becanda aja tapi ternyata menurut orang lain bikin sakit hati.
Aku jadi belajar untuk lebih berhati-hati dalam berucap.
Aku punya teman yang badannya cukup besar dan kami saling memanggil satu sama lain 'ndud'. Aku pribadi tidak tersinggung dipanggil 'ndud' karena emang gendut. Tapi aku memastikan temanku kalau-kalau dia tersinggung. Karena hati orang siapa tahu kan? Tapi kata dia gimana tersinggung wong aslinya gendut, kalau dibilang kurus malah tersinggung. 😂
Semacam juga ada salah satu seleb internet yang 'marah-marah' karena ditanya apa agamanya dan dia tersinggung. Ada yang komen kayak ngapain tersinggung. Tapi menurutku itu kan masing-masing orang ya, ada yang tersinggung ada yang biasa saja.
Hito sore zore, kalau kata orang Jepang.
Orang tuh ya masing-masing, beda-beda.
Rasis Ngga Sih?
"Dong-san lebih hitam dari Vincent-san."
Kira-kira seperti itu kalimat yang dilontarkan oleh teman sekelasku yang berasal dari Taiwan di kelas Bahasa Jepang lima tahun lalu ketika guru menyuruhnya membuat kalimat dengan menggunakan perbandingan. Aku cukup terkejut karena di kelasku yang beragam bangsanya sepertinya melontarkan kalimat seperti itu sangat tidak appropriate.
Untungnya guruku cukup bijak dan memberitahu temanku bahwa kita tidak boleh membandingkan orang dari warna kulit karena itu diskriminasi.
Baru-baru ini aku berpartisipasi dalam acara Nihongo Benkyokai yang kira-kira artinya 'pertemuan belajar Bahasa Jepang'. Di acara ini pelajar-pelajar asing belajar bercakap dalam Bahasa Jepang dengan support staff yang merupakan pelajar Jepang yang belajar Bahasa Jepang untuk menjadi guru. Biasanya kami diberi satu topik kemudian kami dibagi dalam beberapa grup kecil di breakout room. Karena orangnya sedikit jadi satu breakout room isinya hanya dua orang, satu pelajar asing satu pelajar Jepang.
Acaranya hanya satu jam dan cukup terasa cepat hingga penyelenggara acara pun memperpanjang waktu supaya kami dapat mengobrol. Kami dibagi lagi dalam breakout room dengan partisipan yang lebih banyak. Kami dibebaskan untuk bicara apa saja dalam grup. Sampai seorang yang berasal dari Hong Kong menceritakan asal-usulnya kalau ibunya berasal dari Indonesia.
"Tapi ibu saya tidak seperti Una-san, kulitnya putih, mukanya tidak seperti orang Indonesia, lebih mirip orang Asia."
👀
Iya emang aku hitam, sih.
👀
Kebenaran
Meskipun, aku jarang menikmati karya artis Indonesia, seperti film, sinetron, atau lagu, kadang-kadang ada berita infotainment yang membuatku penasaran sih. Salah satunya, seperti berita artis atau orang terkenal pindah agama. Aku ngga ikut hepi kalau ada artis pindah ke agama yang sama denganku dan ngga sedih juga kalau ada yang pindah agama lain. Soal itu, aku lebih ngga peduli karena menurutku itu pilihan masing-masing.
Cuma aku tetep penasaran.
Kemarin aku bersih-bersih kamar sambil mendengar wawancara kakaknya Alyssa Soebandono yang pindah agama Kristen. Pas dia bilang kalau awalnya keluarganya ngga bisa menerima, trus kemudian ayahnya bilang kalau apapun yang anaknya pilih, dia tetap cinta anaknya, aku terharu. Aku meneteskan air mata sambil ngepel lantai kamar. I feel it's just beautiful meskipun orang tua kecewa sama keputusan anak tapi akhirnya menerima karena ya cinta sama anaknya. Aku pernah mendengar beberapa cerita orang tua ngga menganggap anaknya lagi sebagai anak hanya karena pindah agama. Sedih aja.
Aku jadi merasa beruntung dibesarkan di keluargaku. Mamaku tuh mengakunya sejak umur tujuh tahun ngga pernah meninggalkan shalat. Setahuku mama dulu juga kadang shalat tahajud. Tapi waktu aku kecil pun, aku punya satu buku tebal untuk anak-anak tentang bible yang diceritakan menggunakan gambar-gambar gitu. Waktu aku umur 4 tahun, kami juga pernah pergi ke gereja tempat Yesus lahir. Mamaku paling suka pergi ke candi. Aku juga sering diajak bapakku main ke candi di pelosok, klenteng, atau Buddist Monastery gitu. Aku sama mamaku kalau pergi ke kuil di Jepang ya juga berdoa. Di Jepang aku beberapa kali pergi ke acara salah satu sekte Buddha Jepang gitu yang cukup kontroversial. 😂
Tapi ya tidak membuatku pengen pindah agama. Agama yang sekarang aja kurang ibadah, mau pindah agama lain. Buatku, pindah agama itu tidak ada gunanya, no debate, menurutku ya. Karena yang mengajarkan kebaikan ya semua oke, semua indah. Menurutku yang bodoh ini, kebenaran itu ngga hanya satu. Ya ngga tahu lah, males mikir. 😚
Oke, jadi ceritanya kepikiran kayak gini karena beberapa hari lalu heboh Rachel Vennya lepas kerudung. Seru aja bacain komen netizen 😂 Tapi menurutku banyak yang jahat sih. Ya suka-suka RV lah mau pakai baju kayak gimana. 😂
Menurutku, RV mau pakai kerudung atau enggak ya sama cantiknya. Menurut banyak orang Indonesia sih, katanya perempuan lebih cantik kalau pakai hijab, ah menurutku sih ngga juga. Ada yang lebih cantik kalau pakai hijab, tapi ada yang lebih jelek kalau pakai hijab. 😂
Aku tuh dari SD sampai SMA selalu pakai kerudung kalau sekolah. Kalau keluar ngga pakai, tapi kadang pakai juga kalau pergi sama teman sekolah. Waktu SMA, foto Facebookku ngga pakai kerudung, trus pas lagi ulangan umum, guruku nyamperin dong, cuma buat nanya, "Kok foto Facebooknya ngga pakai kerudung?" 👀
Waktu jaman SMA, beberapa teman memutuskan untuk memakai kerudung. Beberapa teman juga cukup kaget melihatku kalau pergi di luar tidak pakai kerudung. Bahkan ada yang kecewa dan menyayangkan keputusanku, yang bahkan tidak aku putuskan karena dari dulu kalau pergi ngga pakai kerudung. Lalu beberapa tahun kemudian, temanku yang kecewa dan mengomentariku karena aku ngga pakai kerudung ini memutuskan untuk lepas kerudung. 😂
I'm like 👀
Menurut aku sih semua itu tidak apa-apa. Mau pakai kerudung, oke, engga juga, oke, mau pakai lepas pakai lepas, oke. Ngga penting ah. Bahas yang lain aja. 😂 *tapi tetep bacain komen netizen di kolom komentar Rachel Vennya*
Ada Rambut di Makanan
Aku tuh geli banget sama rambut. Adalah hal yang menggelikan buatku untuk memakai sisir orang lain. Meski aku sisiran kayak sebulan sekali, sih. Serius. Mungkin pengaruh dari mama juga yang orangnya gelian sama rambut. Jijik kalau lihat sisir orang lain, atau rambut jatuh di lantai kamar mandi tapi ngga dibersihin? Ngomel-ngomel. 😂
Berapa tahun lalu ya, aku makan di restoran di Grand Indonesia yang aku lupa namanya. Kalau ngga salah Publik Markette, tapi mungkin bukan di situ. Waktu itu aku makan sama mama dan adikku. Aku pesan sepiring pasta yang aku lupa apa judul makanannya. Maaf lupa mulu, anaknya pelupa. Kayaknya semacam tipe aglio olio dan ada toppingnya sosis. Kalau makan pasta aku lebih suka yang tomato based atau pesto alla genovese tapi kok waktu itu lagi mood makan yang simpel semacam aglio olio. Aku juga ngga suka sosis kok waktu itu pesen itu ya. 😂
Di menu ada tanda cabenya yang berarti masakan pasta yang aku pesan bakal pedas. Kalau kamu ngga kenal aku (sok banget gue ngomong kayak gini), aku tuh ngga bisa makan pedas. Aku ngga pernah makan gorengan pakai cabai, aku ngga pernah makan nasi pakai sambal yang diulek. Tapi pas lihat tanda cabai di tulisan pasta yang ingin aku pesan, aku kayak, ya udah lah ya, kayaknya aku bisa handle pedasnya pasta. Kayak bakal sepedas apa sih.
Sialan, ternyata pedes banget. 😂 Mau makan rasanya butuh energi lebih banyak ketimbang dapat energi dari makanannya. Mamaku udah kayak, "Kalau ngga kuat ya udah ngga usah diterusin." Tapi kan mubazir ya makanan ngga diabisin, at least coba lagi buat ngga terlalu banyak menyisakan. Sampai akhirnya aku melihat sehelai rambut di piringku.
Ngga yang kesel apa gimana sih, ya menurutku menjijikkan tapi cuma kayak, wih ada rambut. Toh selera makanku sudah hilang dari awal karena ngga kuat pedasnya. Bisa juga itu rambutku meskipun aku menaksir kemungkinannya kecil itu rambutku karena rambutnya lurus. Trus stafnya, entah manager atau kalau waiter tuh kayak kepalanya gitu lah, ngeh dong kita ngomongin rambut. Trus kayak nyamperin dan tanya ada apa. Aku bilang saja kalau di piring ada rambut. Tanpa basa-basi, masnya langsung bilang, "Maaf sekali. Kami ganti yang baru, ya."
Aku langsung terpana sih, wow servisnya bagus sekali. Tapi kalau diganti, aku juga ngga kuat makannya. 😂 Akhirnya, kayaknya aku bilang ngga usah ganti. Eh, apa akhirnya diganti ya? Kok aku lupa sih. 😂 Yang aku inget servisnya doang sih top. Makanya aku mention tempatnya kok ngga yakin, kayaknya Publik Markette bener sih. 😂
Sampai akhirnya aku sekarang tinggal sendiri dan mulai rajin masak.
Dan aku sering menemukan rambutku di makanan. 😅
Rambutku tuh hampir sepinggang, kalau direbonding sih, dan yang aku temukan rambut-rambut pendek sekali kayak dua tiga sentimeter. Masalah rambutku saat ini sih sering patah, makanya sering rambut pendek berjatuhan. Apa jangan-jangan itu adalah rambut ketekku?
Geli, makanya aku kalau masak sekarang selalu mengikat rambut, itu pun sekali dua kali masih menemukan. Tapi kok kayaknya bisa memaafkan kalau masakan sendiri ya.
Pernah aku jajan bakpao di Lawson, pas bungkus bakpaonya aku buka ada rambutnya dong jeng jeng jeng! Tapi aku kayak, ya udah lah ya. 😂 Jorok tapi, alah kayak mbaknya ngambil di tempat bakpaonya cuci tangan dulu aja? Emang tangan dia bersih? Paling ngga juga. Rambut doang? Ya udah lah ya. 😂
Yang Ingin Aku Ucapkan Kepada Wahai Customerku #2
Saking banyaknya yang ingin kukatakan kepada customer-customer minimarketku, baik yang reguler maupun tidak, mungkin postingan ini bakal berseri banyak.
♥ Kepada nenek 90 tahun yang punya toko acar yang sepertinya cukup hitz di KyotoYang Ingin Aku Ucapkan Kepada Wahai Customerku
New Cover Israel National Anthem (Hatikvah)
Dosa gue sebagai pegawai minimarket #2
Lupa nge-scan barang
Kalau ada customer mau bayar, sebagai kasir kita harus nge-scan barcode yang ada di kemasan supaya data barang terbaca di mesin cash register. Setiap nge-scan, ada bunyi 'tiiit' yang menandakan kalau barangnya berhasil ter-scan. Nanti muncul lah nama barang dan harga di layar kasir. Biasanya setelah selesai scan aku mengecek ulang apakah jumlah yang aku scan sama dengan yang terdaftar di layar kasir melalui angka. Misalnya barang yang dibeli ada lima, maka aku lihat layar kasir apakah barang yang terscan ada lima. Di layar kasir, di sisi paling kiri tabel yang menunjukkan barang di-scan ada angkanya.
Karena aku agak membutuhkan waktu lama untuk membaca huruf Jepang, biasanya aku pusing kalau, barang yang dibeli hanya enam tapi yang ter-scan ada tujuh! Berarti ada yang kelebihan, entah aku scan dua kali, atau dari customer sebelumnya yang cancel atau pakai uang pas tapi belum ku-clear. Aku harus mencari barang mana yang tidak dibeli atau kelebihan. Sebaliknya aku lebih pusing lagi kalau barang yang dibeli enam, tapi yang ter-scan hanya lima! Berarti aku ke-skip nge-scan salah satu barang. Yang mana? Ini aku terpaksa baca list barang yang ter-scan satu per satu deh.
Aku berusaha tiap scan barang selalu melihat layar kasir, tapi namanya manusia kadang melakukan kesalahan ya. Beberapa kali aku sadar kalau kurang scan setelah orangnya pergi atau setelah orangnya bayar. 😂 Pernah suatu hari ada orang beli dua rokok dan dua kopi habisnya dibawah 1000 yen, dalam hati kok murah ya. Orangnya yang beli sudah pergi sih. Pas aku cek journal, tahunya aku hanya memasukkan rokoknya satu kali. 😂
Pernah juga ada orang beli roti dan beberapa onigiri, dan aku kurang scan satu barang. Aku sadar tepat setelah dia menarik kartu kreditnya. Karena antrean sangat panjang, trus aku dalam hati kayak, "Ya udah lah ya." 😂 Kebetulan minimarket tempat kerja aku yang ini dimiliki oleh perusahaan gede di Jepang. Jadi rugi 100-200 yen, nggak apa-apa lah ya. 😂
Tidak mengembalikan uang refund customer
Kalau ini bukan lupa ya, lebih ke waktu itu masih awal-awal kerja, jadi masih belum tahu. Nah, pemilihan pembayaran di minimarket kan jenisnya banyak. Bisa bayar pakai uang tunai, kartu kredit, kartu debit, barcode payment, dan e-money. Kalau misalnya bayar pakai barcode payment tuh, misalnya mau return barang atau refund (misal, karena kelebihan scan), uangnya akan dikembalikan langsung dari aplikasi barcode payment-nya. Kalau misalnya bayar tunai, ya dibalikin uangnya tunai.
Suatu hari, ada orang beli suvenir dan beberapa makanan. Setelah usai membayar ternyata dia ingin receipt yang terpisah, sepertinya karena dia mau minta reimburse kantor. Ya sudah, yang harus aku lakukan pertama kali adalah 'refund' uangnya. Customer tersebut menggunakan e-money Suica. Awalnya aku mengira kalau refund pembayaran menggunakan e-money tuh ya otomatis dikembalikan ke e-money-nya.
Aku tidak sadar kalau salah lah waktu itu.
Beberapa hari kemudian aku baru tahu kalau refund pembayaran dengan e-money tuh dibalikinnya pakai uang tunai 😂 Dalam hati, pantesan di mesin kasir angkanya ditunjukkan dengan angka merah dan negatif. 😂 Mana lumayan lagi sekitar 1400 yen. Maaf ya, Pak. Kayaknya sih ngga ada komplain dateng. Aku taksir sih bapak ini pegawai kantor yang rata-rata kalau charge e-money tuh bisa 10000 yen sekali charge dan ngga terlalu memonitor penggunaan, jadi kayaknya bapaknya sih nggak sadar. Karena bapaknya pakai Suica, kemungkinan bapaknya tinggal di daerah Kanto (Tokyo dan sekitarnya), jadi ngga balik lagi ke tokoku. 😂
Dosa gue sebagai pegawai minimarket
Di postingan kali ini aku mau pengakuan dosa.
Melakukan kesalahan itu sangat amat wajar. Namanya juga manusia. Sebagai pegawai minimarket yang selalu ada barang baru tiap hari, promo ganti tiap minggu, sistem update berkala, customer yang sumbunya terlalu pendek, rasanya ngga mungkin tiap kerja ngga melakukan kesalahan. Pasti ada aja miss, meskipun sedikit. Tapi ada beberapa kesalahan yang bikin aku merasa berdosa banget 😂
Menjual makanan mengandung babi ke orang vegetarian
Waktu sebelum masa korona, banyak banget turis asing yang mampir ke minimarketku. Di minimarket kan jualan gorengan yang jenisnya sekitar sepuluh lebih. Suatu hari ada turis asing berkulit putih dan tidak bisa Bahasa Jepang mengaku vegetarian dan bertanya apakah kroket yang dia tunjuk mengandung daging. Aku pun berjalan ke depan etalase gorengan untuk memastikan, aku membaca judulnya 'Vegetable Croquette' dalam Bahasa Inggris.
"Oh ini kroket sayur, jadi tidak apa-apa."
Terjuallah satu kroket sayur. Berapa menit setelah orang itu keluar, aku melihat papan harga gorengan dan ternyata ada gambar muka babinya. Jadi meskipun dalam Bahasa Inggris judulnya 'Vegetable Croquette' ternyata mengandung hewan juga. 😭😭😭 Aku baru sadar setelah itu kalau di papan harga gorengan itu kita bisa lihat kandungan allergen dan substance seperti jenis daging yang digunakan. Lagian judulnya kroket sayur huhuhu, bisa-bisanya mengandung babi juga.
Gorengan beku jatuh ke lantai tetap dijual
Kadang tuh gripku ngga bagus, meskipun kayaknya menjepit gorengan beku dengan tong itu gampang, kadang kepeleset juga dan akhirnya jatuh ke lantai. Secara common sense sih jorok ya, apalagi ini bukan untuk dimakan sendiri tapi dijual, harusnya mah dibuang saja. Tapi rasanya sayang untuk dibuang dan menjadi kerugian toko.
Akhirnya... aku goreng aja. 😂 Jatuhnya belum lima menit ini. Padahal lima menit tuh lama banget ya. Lagian suhu minyak kan panas banget, jadi insyallah kumannya mati. 😂 Aku cuma sekali (apa dua kali ya) kayak gitu sih. Sesudahnya ya menjepit gorengan bekunya hati-hati, pernah juga kalau jatuh ya akhirnya aku buang.
Masih banyak dosa-dosa lain yang aku lakukan di minimarket. Bakal kutulis lagi yang lain kalau nggak males hehe.
Ngga Empati
Aku tuh tadinya kerja shift tengah malam di konbini (istilah minimarket di Jepang). Dari pukul 10 malam hingga enam pagi. Kemudian owner konbiniku memutuskan untuk menutup konbini pukul 12 malam, dan buka pukul lima pagi. Jadinya tidak 24 jam buka seperti sebelumnya. Jadilah kemudian shift-ku berubah menjadi shift sore dari pukul lima sore hingga sepuluh malam.
Awalnya, meski tutup pukul 12 malam, tetap ada satu orang yang standby di konbini untuk menerima barang dan menaruhnya di rak. Kadang-kadang aku masuk shift tengah malam kalau ada yang tidak bisa masuk. Serem lah sendirian di toko 😂 Mana suara kulkas bunyi banget lagi, takut kalau hantu yang gerakin 😂 Senengnya sih bebas makan makanan kadaluarsa (lebih tepatnya lewat dari 'best before'), udah kayak party sendiri 😄
Hampir semua jenis barang konbini datang di shift malam. Ada yang kami sebut 'daily', yaitu makanan yang datang selalu tiap hari, bahkan sehari tiga kali, seperti roti, onigiri, salad, sandwich, pasta, dan lain-lain. Kemudian ada 'hi-daily', yang artinya 'bukan daily', yaitu makanan seperti cookies, snack, permen, mi instan, energy drink, barang rumah tangga, dan barang keperluan toko seperti cup kopi, sendok, sumpit, dan masih banyak lainnya. Ada juga 'dorinku' alias 'drink' yang mana adalah berkarton-karton minuman dari air mineral, ocha, hingga wine dan bir. Selain itu ada 'chilled', ya pokoknya yang harus diletakkan di temperatur rendah, seperti yogurt, minuman berbasis susu, ocha dalam karton, dan lain-lain. Onigiri, pasta, salad, sweets juga termasuk chilled. Ada juga 'ice', dari es krim, makanan beku yang dijual, dan makanan beku untuk jualan gorengan di toko. Belum lagi ada buku dan majalah. Ditambah lagi ada paket internet shopping customer yang harus dicek. Buanyakkk kerjaannya! 😏 Belum harus menyapu, mengepel, membuang sampah, dan membersihkan toilet. 😭
Lo kira kerjaan gue cuma jadi kasir? 😔 Ngga ada yang ngira deng. Ngga ada yang peduli juga. 😒 Suka kasian sama mas mbak Indomaret yang gajinya ngga seberapa. Jangan jutek-jutek sama mereka ya. Sama semua orang sih. 😏
Perfeksionis
Kalau kupikir-pikir, aku tuh kadang suka sok perfeksionis dalam hal tertentu.
Kayak waktu SMA, aku tuh punya keinginan buat punya nilai di atas 85 di masing-masing pelajaran. Aku bikin tabel tanpa penggaris di halaman buku tulisku dan mendaftar nama pelajaran yang kalau nggak salah lebih dari 12. Aku tulis angka 85 di sebelah nama mata pelajaran, sepertinya kecuali seni rupa dan olahraga. Karena aku ngga suka olahraga dan seni rupa. 😋 Asal tahu saja, aku ngga pernah kayak gini, bikin goal, semacamnya, sebelumnya.
Eh, benar saja nilaiku bagus-bagus. Meski nggak ada sistem ranking, suatu hari guruku memberitahuku kalau nilaiku paling bagus satu angkatan. Aku kaget lah, karena dari SD aku nggak pernah ranking satu. 😄 Sering 10 besar tapi nggak pernah di atas-atas. Nggak sombong atau gimana, tapi aku nggak pernah belajar di rumah, sambil duduk di meja belajar kayak di film-film. Tapi bukan berarti aku nggak berusaha buat mendapatkan nilai bagus. Yang aku lakukan waktu itu adalah membaca ulang dengan teliti setiap ulangan yang telah dikerjakan. Karena biasanya salah mengerjakan soal tuh bukan karena nggak bisa tapi nggak teliti.
Seperti juga saat guru Bahasa Jepang tiba-tiba punya wacana untuk memberikan tugas pidato dalam Bahasa Jepang. Aku bela-belain pergi ke ITC Kuningan untuk membeli DVD bajakan (maaf dulu masih nggak ngerti kalau bajakan itu haram, hahaha dan belum jaman streaming di internet) film dan drama Jepang yang padahal sebelumnya aku bukan penggemar film dan drama Jepang. Aku cuma ingin belajar bagaimana logat orang Jepang berbicara. Saking aku mau kalau benar disuruh pidato, logatku terdengar bagus. 😂 Meskipun akhirnya tidak ada tugas pidato sih.
Sama seperti dalam hal menulis blog (tadinya). Awal mula aktif di blog, aku ingin aku menulis hal ringan tapi ada isinya dan asik dibaca. Aku mau banyak yang datang ke blogku. Ini pikiranku sembilan tahun lalu ya, bukan sekarang. 😂 Lama-lama aku tidak terlalu aktif lagi menulis. Ditambah aku sempat tinggal di area yang tidak ada internetnya saat working holiday di Australia. Sekarang pun kadang-kadang kalau menulis blog trus kok kayaknya tulisannya nggak enak dibaca ya, langsung hapus semua dan tutup dasbor. Akhirnya nggak jadi nulis.
Ceritanya aku bikin blog baru sembilan tahun setelah aku beli domain blog sittirasuna.com. Aku beli domain blog baru akhir bulan lalu dan sudah kuiisi postingan sejak awal November. Untuk aturan tampilan, aku dibantu oleh seorang teman. Hampir sekitar setelah dua minggu baru aku mengisi postingan di sana. Karena aku kebanyakan berpikir bagaimana menulis yang enak dibaca, dan blogku kali ini sama juga seperti blog ini berupa cerita-cerita remehku hanya saja temanya makanan. 😄 Aku kebanyakan berpikir sampai-sampai nggak mulai-mulai nulis.
Sampai suatu hari aku mendengar TedXTalk di Youtube yang aku bahkan lupa intinya apa tapi ada satu kalimat yang diungkapkan si pembicara dan aku pun tersindir. Intinya, perfeksionis itu musuh dari action.
Aku langsung kesindir dan mulai menulis saat itu juga. 😂 Bener juga kata beliau.
Aku teringat salah satu teman ibuku menasihatiku untuk tetap nulis. Aku bilang kalau aku bisanya hanya menulis diari saja. Tapi kata dia, ya nggak apa-apa yang penting tetap menulis. Ingat itu, aku jadi semangat lagi.
Kadang, lucu saja karena aku sering menulis cerita-cerita sehari-hari di sini. Dan aku tuh orangnya pelupa banget, jadi suka buka baca cerita dulu, yang pas baca, aku bahkan nggak inget kalau itu pernah kejadian. 😌
Mampir ya ke blogku yang satunya di snackqueen.id. Tampilannya masih berantakan tapi lumayan udah ada postingannya. 😄
Apakah Eek Bisa Menyublim?
Sedekat apakah kamu dengan saudara kandungmu?
Aku sih perasaan nggak akrab-akrab amat tapi adekku bahkan sampai PAP eeknya ke aku. 😓 Aku nggak marah sih cuma males aja ngapusin fotonya. Sudah gitu tadinya setting WhatsApp-ku foto yang diterima tuh otomatis tersimpan di memori hape, jadi harus menghapus foto di galeri, belum lagi yang di folder 'Recently Deleted'.
Pagi ini adekku menelepon saat aku sedang di toilet.
"Jangan PAP lho, Un..."
"Emang kamu mau tak kirimi?"
"Emangnya padat apa cair? Apa eekmu menyublim?"
Gara-gara adekku bertanya tentang bentuk keluaranku, aku langsung berpikir apakah memang mungkin makanan yang kita makan bisa menyublim kali ya. Soalnya, aku tuh bisa nggak buang air besar selama seminggu. Menjijikkan ya?
Aku sadar kalau aku bukan orang yang melakukan defekasi setiap hari. Makanya aku suka sirik sama orang yang lancar defekasinya, uh wow~ metabolismenya lancar sekali. Aku kok nggak lancar sih, makanya aku gendut kali ya? 😓 Meski nggak sehari sekali setidaknya dalam seminggu 3-4 kali sih. Cuma, aku perhatikan setelah aku mulai mengurangi makan drastis dan melakukan One Meal a Day ala ala sempat aku delapan hari nggak buang air besar.
Meskipun konstipasi, aku tidak merasa perutku bermasalah. Aku pun juga tidak ngedan keras. Makananku menurutku seimbang, aku makan serat yang cukup, dari kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Buah jarang makan sih karena di Jepang buah mahal. 😑 Aku coba makan laksatif natural seperti prune dan fig, juga tidak melancarkan ususku. Aku mengkonsumsi cairan pun bisa lebih dari dua liter sehari tapi tetap saja. Selain itu, meski aku tidak 'mengeluarkan', beratku bisa turun dua-tiga kilo dalam seminggu.
Lalu makanan yang kumakan itu pergi ke mana?
Aku jadi merasa kotor deh membayangkan makanan yang seminggu lalu kumakan masih berjalan di ususku. Aku berharap benar sih makanan bisa menyublim 😌 Apalagi setelah aku membaca kalau hasil pembakaran kalori dan lemak dalam tubuh adalah karbondioksida dan air. Makanya, aku seneng banget deh kalau flatulensi (buang angin), aku merasa kalori dan lemakku keluar. Selain itu, aku jadi mencoba mengeluarkan nafas lebih banyak dari menarik nafas supaya karbondioksidaku keluar lebih banyak (ngarang aja).
Apa memang aku ditakdirkan metabolismenya lambat ya 😓
Terlihat Hepi
Di Jepang, aku punya teman cowok yang tadinya lumayan akrab dan kami berbicara tiap hari. Teman ini lebih muda dan aku anggap seperti little brother. Aku sering mengajaknya jalan-jalan, makan bareng, atau membelikan cemilan kesukaannya. Tapi lama kelamaan, aku capek dan mulai mengurangi komunikasi dengan temanku ini. Alasannya dia selalu mengeluh tentang hidupnya dan keluhannya selalu sama selama hampir setahun.
Keluhannya: selalu dicuekin cewek, susah dapet pacar, capek bekerja tengah malam, tidak punya uang, tidak bisa berbahasa Jepang, dan lain-lain. Setiap ketemu dan telepon selalu mengeluh tentang hal ini sampai akhirnya aku malas mendengarkan. Aku mulai menjaga jarak dan sekarang hanya mengobrol sekitar seminggu atau dua minggu sekali. Meskipun sudah jarang dia tetap mengeluh. Ia selalu menyelingi pembicaraannya dengan, "maaf ya, tiap mengobrol sama kamu aku selalu komplain." Ah, pret.
Beberapa hari lalu dia menelepon dan dia mengeluh kalau ia khawatir dengan hidupnya di Jepang. Dia selalu janjian dengan cewek tapi last minute ceweknya selalu membatalkan. Dia takut bertahan hidup di sini karena tidak bisa berbahasa Jepang. Dia juga sempat bilang, "Kalau aku kayak kamu lancar Bahasa Jepang mungkin aku nggak akan khawatir kayak gini. Kamu sepertinya menikmati hidup banget. Sudah bisa Bahasa Jepang, kamu punya uang bisa jalan-jalan, makan-makan mulu. Kayak nggak ada beban."
"Kamu kira aku tidak punya hal yang aku khawatirkan apa? Ya ada banyak, tapi masak nggak bisa hepi? Nggak bisa seneng-seneng?"
Tadi-tadinya kalau dia mengeluh, aku selalu omelin. Tapi lama-lama capek karena diomelin nggak pengaruh, ya mending dicuekin aja. Ngapain buang-buang energi kan. 😄 Dalam hati, dikira sini lancar apa Bahasa Jepangnya? Seringnya aku nggak paham orang ngomong apa 😄 Dikira sini duitnya banyak apa? Aku kan nggak beli kaos seharga 18000 yen atau parfum 7000 yen. Temanku ini suka mengeluh nggak punya tabungan tapi kalau belanja barang brand mulu. 😒
Beberapa teman suka bilang kalau hidupku enak, beruntung, dan hepi terus. Yang padahal menurutku mereka lebih beruntung dari pada aku. 😂 Tapi yang jelas aku bersyukur, hepi dan merasa beruntung, sih.
Aku jadi ingat ibuku suka cerita waktu kecil aku suka diajakin jalan kaki panas-panas dan aku tidak pernah mengeluh. Orang-orang yang melihat bahkan kasian dan bilang sama ibuku kalau kasian anaknya diajak jalan-jalan panas-panas, tapi kata ibuku, "Anaknya aja nggak apa-apa. Malah seneng." Di umurku yang segini, aku masih bekerja fisik, belum bisa menabung, hobinya cengenges-cengenges, sering menangis dan kurang sabar, dan ya aku hepi. Emang yang penting tuh bersyukur sih ya. 😄 Mau punya apapun kalau nggak bersyukur ya hidupnya nggak enak, nggak hepi.
Enak ya kamu Un...
Ho oh, enak! Ape loh 😂
Cash is (still) the best (in Japan)
Urusan perbankan dan perduitan, menurutku Jepang cukup tertinggal dibanding negara maju lainnya. Kalau di Cina, bahkan kamu dengan mudah bayar pakai QR code di pasar tradisional atau seperti di Australia, mau di toko di dekat gurun pun bisa bayar pakai debit card dengan one tap, di Jepang?
Hampir semua ATM tidak 24 jam, kalau pun 24 jam ada biaya yang tidak murah untuk mengambil uang tunai. Misalnya nih, aku punya akun bank di bank kantor pos Jepang (JP Bank). Kalau aku menarik tunai di ATM JP Bank ya tidak dikenakan biaya apa-apa. ATM JP Bank ada di seluruh kantor pos yang ada di Jepang. Kalau kantor posnya kecil, ATM hanya buka Senin-Jumat sekitar pukul 09.00-17.00 dan Sabtu hanya sampai pukul 12.30. Ini di kantor pos kecil sekitar rumahku ya, mungkin bisa beda di prefektur lain. Kalau hari Minggu butuh uang tunai tapi nggak mau kena biaya ya harus pergi ke kantor pos besar, yang alhamdulillah tidak jauh dari rumah. Opsi lain pergi ke ATM JP Bank yang terinstal di beberapa Family Mart.
ATM di kantor pos utama di Kyoto City pun tidak 24 jam, melainkan buka dari 00:05 - 23:55, jadi dalam sehari tutup 10 menit. Internet banking pun punya jam akses yang sama. Awalnya aku pikir ah becanda kali ya, tahunya beneran 😂 Sempat aku mau transfer ke toko Indonesia jam 12 malam, eh benar tidak bisa akses webnya dan harus menunggu sampai pukul 00:05.
ATM di convenience store semua 24 jam, tapi ada biaya transaksi. Biayanya pun tergantung waktu kita melakukan transaksi. Misalnya, aku pakai kartu ATM JP Bank mau menarik tunai di ATM Seven Bank di Seven Eleven. Kalau aku tarik tunai saat hari kerja dan kerja (09.00-17.00), biaya yang dikenakan sebesar 110 yen atau sekitar 14000 rupiah. Kalau aku ambil uang di jam delapan malam atau hari minggu, biaya yang dikenakan dua kali lipatnya 220 yen atau sekitar 28000 rupiah. Kalau cuma mau ambil 1000 yen trus biayanya 220 yen kan gimana ya 😓 Beberapa teman sih nggak terlalu peduli soal biaya yang 'cuma' 110 atau 220 yen ini, tapi bagi aku yang belum kaya kok rasanya berat ya.
Sudah gitu, kartu ATM bank di Jepang biasanya hanya bisa digunakan buat tarik tunai saja (atau transaksi lain di ATM). Bukan kartu debit yang bisa dipakai belanja. Jadi kalau mau bikin Visa atau Mastercard Debit Card, harus apply lagi kartu lain. 😖 Bisa tarik tunai pakai kartu debit itu, tapi dikenakan biaya juga meski digunakan di ATM bank yang sama. Au ah lap, capek.
Baru belakangan ini di Jepang mulai digalakkan penggunaan cashless payment. Kalau e-money atau kartu kredit dari dulu sudah digunakan, tapi setahun dua tahun belakangan mulai muncul banyak QR code/barcode cashless payment. Sebut saja Paypay, Line Pay, AU pay, FamiPay, banyak lah. Untuk mengajak orang menggunakan pembayaran non-tunai, pemerintah Jepang banyak melakukan promosi kayak dari Oktober 2019 sampai Juni 2020 kalau bayar non-tunai bisa dapat cashback 2%. Sekarang pun kalau menghubungkan kartu My Number (semacam KTP) dan salah satu pembayaran non-tunai yang digunakan bisa dapat cashback 25% maksimal 5000 yen.
Cashless payment memang bisa dibilang telat di Jepang, tapi apakah itu hal yang buruk? Nggak tahu, mungkin pembayaran pakai uang tunai lebih baik. Data kita belanja apa ngga tercatat di sistem, hidup kita nggak terlalu 'dikontrol' sama pemerintah atau siapa kek yang mau memakai data kita. Contohnya saja ya, aku pakai e-money bernama ICOCA yang diterbitkan oleh perusahaan kereta, JR West Japan. Di mesin pembelian tiket, dengan ICOCA aku bisa lihat history aku pergi dari stasiun mana dan turun di stasiun mana saja. Kadang-kadang aku lihat nama stasiun yang sampai aku lupa kalau aku pernah ke sana. Ini baru data stasiun yang pernah diinjak, bagaimana kalau pakai cashless payment yang terhubung ke kartu kredit atau akun bank kita misalnya, trus terhubung lagi ke kartu My Number. Seperti di dunia ini sudah tidak ada privasi~ yang benar-benar privasi.
Anyway, aku sempat mencoba Paypay dan menurutku sangat praktis. Untuk men-charge Paypay, aku tinggal menghubungkan akun Paypay-ku dan akun bankku, dan aku bisa charge Paypay dalam hitungan detik di telepon pintarku (yang kelewat pintar makanya aku takut dan sekarang aku mencoba mengurangi penggunaannya). Aku sempat berpikir, uh wow~ urusan pembayaran di Jepang tidak pernah semudah ini. Apalagi Paypay ini bisa digunakan di hampir semua tempat. Tapi beberapa waktu lalu, layanan charge Paypay dengan akun bank yang kupakai tidak tersedia lagi. 😓 Sepertinya alasan security karena mudah banget charge-nya tinggal sekali klik langsung didebit dari akun bank. Sekarang aku tidak lagi menggunakan Paypay.
Kemarin aku usai membeli blender. Ketika aku mau membayar dengan kartu debit, ditolak dong. Setelah aku cek e-mail ternyata karena melewati limit. Jadi tuh, supaya irit, aku mengatur limit penggunakan kartuku dalam sekali penggunaan maksimal 10000 yen dan harga blendernya 10747 yen. Enaknya kartu debit yang aku gunakan ini, aku bisa mengatur limit-nya via aplikasi atau web. Saat itu aku buka aplikasinya dan 'tidak bisa terhubung dengan server'. Aku pun bingung dan bertanya-tanya kenapa ini harus terjadi di saat aku ingin membeli blender impianku. Aku segera mencari ATM dan tada~ ternyata aku tidak bawa kartu ATM -yang kok ya kemarinnya aku taruh di tempat lain yang padahal biasanya tidak pernah.
Aku memutuskan untuk pergi ke kantor pos besar untuk mengambil uang tunai dengan debit card-ku, ternyata tidak bisa dan slipnya mengatakan 'kartu tidak terafiliasi'. WHAT! Aku cek web ternyata webnya sedang di-suspend. Aku bertanya kepada staf bank bagaimana cara aku menaikkan limit debit card-ku karena aplikasi dan web tidak bisa diakses. Setelah menunggu lama, aku mendapat jawaban: harap telepon ke nomor ini untuk mengubah limit penggunaan. Aku bertanya kenapa aplikasi dan web tidak bisa diakses, kata stafnya karena terjadi banyak penipuan dan penyelewengan dan masalah keamanan sehingga sementara di-suspend.
Aku yang malas menelepon call center (karena biasanya tidak paham 😂) memilih untuk pulang, mengambil kartu ATM dan membayar blender dengan uang tunai.
Tahun lalu juga ada kasus 7-Pay, cashless payment-nya Seven Eleven yang baru sehari rilis sudah ada kasus peretesan dan akhirnya layanannya dihentikan tak berapa lama kemudian. Kurang paham, yang katanya Jepang tuh nomor satu teknologinya tapi seperti tidak siap dengan cashless payment. Ah tapi ngga tahu lah, buat aku sekarang kayaknya cash emang masih yang terbaik.
One Meal A Day
Bulan Agustus lalu, aku mencoba melakukan OMAD, One Meal A Day, alias puasa ekstrim di mana aku hanya makan sekali sehari. Dalam 24 jam, hanya sekitar satu - satu setengah jam sehari di mana aku boleh makan. Sisa 23 jamnya ya tidak makan sama sekali. Meskipun tidak makan, aku tetap minum air putih, atau teh dan kopi tanpa gula.
Boong ding.
Yang aku lakukan nggak seekstrim itu sih, tapi aku memang hanya makan besar sekali, biasanya sekitar pukul 2-3 siang. Sebisa mungkin minum air putih atau teh/kopi tanpa gula, tapi sesekali aku masih minum manis. Biasanya sih karena di minimarket ada produk minuman keluaran baru, trus aku nggak bisa tahan nafsu untuk nggak beli. Masih ngemil juga tapi... benar-benar berkurang drastis. Misal aku beli sebungkus ciki atau cokelat, yang kalau biasanya setelah aku buka akan kuhabiskan saat itu juga, akan kuhabiskan dalam waktu tiga hari. Kukaretin gitu biasanya. Olahraga sih tidak selalu, hanya sesekali zumba, tapi bulan itu aku hampir tiap hari jalan kaki minimal 10000 langkah.
Ceritanya, aku sampai beli skipping karena katanya cepat untuk menguruskan badan. Ah, tapi baru 20 kali lompat sudah capek 😜 Trus kata sepupuku yang juga sedang menguruskan badan katanya lompat-lompat, skipping, lari, berbahaya untuk orang gendut 😜 Jadilah tali skipping 13 ribuku (100 yen) hanya digunakan satu kali. Kayaknya udah kubuang juga deh 😄
Hasilnya, aku turun tujuh kilogram dalam waktu empat minggu. Oya, asal tahu saja, berat badanku itu 20 kilogram lebih dari berat badan ideal, jadi mungkin cukup mudah turun berat badannya dalam waktu singkat.
Sayang sekali, sekitar akhir bulan Agustus aku mendapat teman baru yang selalu mengajakku makan di luar tengah malam 😂 Selama bulan September aku jajan di luar tiada henti. Rasanya tuh apa-apa pengen dimakan 😂 Diet yang sudah kubangun selama hampir sebulan tiba-tiba hancur berkeping-keping. Belum lagi, aku yang tidak suka dengan alkohol, mendadak rajin mencoba koktail-koktail atau minuman beralkohol lain yang belum pernah aku coba. Soalnya ditraktir. Sudah gitu jam tidur yang makin kacau bahkan sering menghabiskan malam tanpa tidur barang lima menit pun.
Meski begitu, selama sebulan lebih aku hanya naik sekitar 2-3 kg saja 😄 Alhamdulillah tak kembali ke berat badan awal.
Per kemarin aku memulai One Meal A Day ala ala lagi. Kemarin dan hari ini pun menunya sama: prata + rffisa ( رفيسة ) Minum manis Lipton Oolong Milk Tea, ngemil Snickers fun size dua biji dan seperempat tempolong Pringles rasa Fish and Chips. Sisanya minum ocha, air putih, dan mugicha saja.

Aku ngga makan sebanyak itu kok. Aku makan itu dua hari lalu sebelum memulai OMAD yang tidak ekstrim periode kedua ini. Seorang teman asal Maroko menyuguhkanku Rfissa dan bahkan aku dikasih sangu bekal buat bawa pulang 😄 Jadilah kumakan kemarin dan hari ini.
Rfissa ini merupakan masakan yang bahan utamanya adalah ayam, lentil, dan fenugreek (halba). Bahan lainnya adalah bawang bombay, jinten, lemon yang diawetkan (bahan masakan khas Maroko), dan kismis. Biasanya ditaruh di atas roti pipih yang bernama m'semen (مسمن) tapi karena tidak mudah ditemukan dan butuh waktu lama untuk membuatnya, frozen prata dijadikan penggantinya. Kata temanku, roti prata itu yang paling menyerupai m'semen.
Balik lagi ke OMAD, yang paling aku sukai dari one meal a day ini sih: menghemat waktu.
Karena makan hanya satu kali (anggap saja aku nggak pakai ngemil 😋), aku cukup menentukan apa yang akan aku makan sekali dalam sehari. Aku nggak perlu tuh, setelah makan siang, trus mikir nanti malam makan apa ya. Selain itu, cuci piring, panci segala rupa hanya sekali sehari. Nah kalau misal asupan karbohidrat kurang, kemudian tubuh akan mengalami ketosis, yaitu ketika tubuh akan membakar lemak untuk energi dalam tubuh. Tubuh tuh 'makan' dirinya sendiri, yang mengakibatkan turunnya berat badan. Selain itu, badan lebih segar dan nggak ngantukan, karena tubuh bekerja keras membakar lemak.
Berasa banget sih beberapa minggu lalu kerjaanku tidur mulu 😌 Sering banget mengantuk, apalagi pas kerja.
Waktu yang kuhemat dari waktu makan + waktu mikir makan apa selanjutnya + waktu cuci piring + waktu menyiapkan makan + waktu karena nggak tidur mulu tuh bisa kugunakan untuk, misalnya, menulis postingan ini, nonton film, membaca buku, jalan-jalan, atau mendengarkan musik.
Selain mengurangi makan, aku juga mulai memperhatikan apa yang kumakan, mulai sedikit demi sedikit menjauh dari telepon genggam dan social media (average activity-ku di Instagram hanya 13 menit sehari, aku terharu 😢, di Youtube 3 jam lebih sih), dan juga mulai menghindari penggunaan skincare yang berlebihan. Rasanya pengen kubuang semua itu obat jerawat, penghilang dark circle mata, losion muka, dan lain-lain. Aduh pengen nulis kok sudah panjang banget. Lanjut besok.
JADI PEREMPUAN HARUS KUAT!
Berhati Bunga 花心
Ada satu customer yang bekerja sebagai host, dia selalu mampir ke minimarketku karena tinggal di apartemen di gedung yang sama. Barang yang biasa dia beli adalah mi instan, jus apel, milk tea merek Lipton, dan rokok nomor 109. Dia jarang beli semua itu dalam waktu bersamaan, tapi kalau dia datang, kita bisa menebak kalau dia akan beli mi instan, kalau ngga rokok nomor 109, kalau ngga ya minuman favorit dia. Ada customer lain yang selalu datang tiap hari, dan tiap pagi selalu membeli bekal lunch seperti bento atau mi dan minuman. Apapun makanannya dia selalu beli bir merek Sapporo.
Sebagai staf minimarket, kamu akan bisa menerka apa yang regular customer bakal beli. Nah, di dekat rumahku ada minimarket yang selalu aku datangi. Btw, minimarket tempat kerjaku yang aku ceritakan di atas, letaknya 1.5 km dari rumahku dan dulu rumahku dekat sana.
Tiap hari, aku membeli barang yang completely different tiap kunjungan. Misalnya hari ini aku membeli sweets dan es krim, besok aku beli gorengan, hari lain aku cuma beli salad kepiting mayo (yang sampai sekarang aku cuma pernah beli sekali dalam hidupku), hari lain lagi aku beli potato chips dan daun bawang, kadang-kadang aku beli roti dan bento keluaran terbaru (aku lemah sama produk-produk baru 😌). Pola belanjaku tuh, tidak berpola.
Kata temanku, kalau dalam Bahasa Cina aku punya 'hati bunga' alias hua xin 花心. Kalau dengar hati bunga kayaknya konotasinya positif gitu ya, padahal ternyata enggak. 😭
Katanya, bunga kan berwarna-warni, nah kalau 花心 ini ya hatinya berwarna-warni, jadi biasanya sukanya play around dan tidak bisa setia sama pasangannya. 😂 Aku sih meneketehe, pernah punya pasangan saja enggak.
Tapi yang aku rasakan selama ini sih, aku ngga pernah suka sama orang lama-lama dan gampang move on. Baru saja aku menyatakan perasaanku ke temanku, nggak sampai seminggu ada teman lain dan aku sudah 'nggak ingat' sama temanku aku suka sebelumnya. 😂 Aku masih berteman baik, tapi indifferent, nggak ada feeling apa-apa. Sekarang sama teman yang kedua juga udah nggak apa-apa. Yah nggak tahu lah 😂
Cemprengnya Suara Penjaga Toko di Jepang
Menaksir Tingkat Kesetiaan Customer dari Cara Belanja
Rasanya Punya Roommate Cowok
![]() |
Dibeliin segini banyak sama Man 😭 |
Persapian
"Serius? Trus rasanya kayak apa? Enak?"
"Nggak enak. Rasanya ya... kayak... pipis."
![]() |
Bentuknya kaya apa? 😭 |