Pohon Nangka
Gara-gara ambil kelas Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, tiba-tiba aku keinget pohon nangka di rumah simbah di Jogja. Aku pernah menangisi pohon nangka. Well, bukan aku. Tapi kami. Aku dan sepupuku Affi.
Aku sama Affi kalau keinget-inget bawaannya pengen ketawa. Waktu itu tahun 2001, umurku 10 dan Affi 9 tahun. Dan kami berdua nangis sesenggukan di kamarku karena pohon nangka. Akhir 2001, tanteku akan menikah. Acaranya tidak terlalu besar dan diadakan di rumah simbah. Tanteku juga tinggal di rumah simbah. Resepsinya menggunakan bagian dalam rumah serta halaman rumah.
Halaman belakang rumah mbahku lumayan besar, mungkin 400 meter persegi juga ada. Karena untuk resepsi, halaman rumah disiapsediakan. Pohon-pohon besar daunnya dikurangi. Ada dua pohon mangga dan satu pohon nangka. Aku juga lupa bagaimana, kayaknya sih si pohon nangka ini dipangkasnya agak banyak. Aku dan Affi menatap dari teras melihat pohon nangka ini dipangkas.
Kemudian kami masuk ke kamar dan tiba-tiba nangis berdua gara-gara kasihan pohon nangkanya ditebang. Waktu itu aku merasa orang yang ingin pohon itu dipangkas itu jahaaattt banget. Hahaha... Ah inget jaman kecil, ternyata aku sayang alam juga. (Kata ibu: "Apaan! Ditinggal Mbak Lis pulkam aja taneman nggak kamu sirami dibiarin ampe layu gitu.")
Yeahhh, dan tahun ini umurku akan 20 dan si Affi 19 tahun. Nggak kerasa udah 10 tahun yang lalu...
hahahhah aku jadi kelingan.. ketawa sendiri bacanya.. wkwkwk
BalasHapuscup cup cup,,,,jangan nangis lagi y,,tar di ganti pohon pisang,,hehehhee
BalasHapus@Affi: LOL! Nulisnya juga geli wkwkwk...
BalasHapus@Anonim: Maunya pohon uanggg!! Hihihihi...
gak sangka ya na lo pernah nangisin pohon nangka, padahal sekarang kerjaan lo liat disturbing picture..
BalasHapusPlis jangan fitnah gue... itu lo yang ngajak ya. Pulang2 gue nangis... hahahaha.
BalasHapus