Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Bermain Dengan Api #1

Kali ini, aku mau bercerita tentang salah satu hari terburukku akhir-akhir ini. Ngga seburuk itu sih, soalnya aku kalau cerita ke temanku bisa ceritanya sambil ketawa-ketawa. Tapi pas hari itu, perasaanku terkoyak-koyak dan aku merasa seperti diriku adalah sebuah kegagalan, ngga bisa berbuat apa-apa, nano-nano deh. 😂

Singkat cerita, aku membakar toko. 😂

Oke, biarkan aku cerita dari awal. Jadi, di akhir pekan aku bekerja di konbini pada shift paling pagi. Shift pertama di konbini-ku adalah pukul lima hingga sembilan pagi. Setiap hari Sabtu aku bekerja satu shift, sedangkan setiap hari Minggu aku bekerja dua shift dari pukul lima pagi hingga satu siang.

Kejadiannya, hari Minggu dua minggu lalu alias tanggal 21 Februari 2021. Biasanya aku ber-partner dengan seorang teman, orang Jepang yang umurnya masih 18 tahun. Cuma hari itu dia sakit, jadi partner satu shift-ku adalah si manager toko, yang juga merupakan ibu si owner toko, yang umurnya sudah 72 tahun.

Aku jarang sekali telat. Paling parah, aku pernah telat 10 menit sekali karena sudah berniat naik taksi karena aku bangun kesiangan dan badanku pegal-pegal. Tak tahunya taksi yang biasa ada 24 jam wira-wiri di jalan dekat rumah, tidak satu pun tersedia. Pernah juga telat 2-3 menit. Tapi kebanyakan, aku tidak pernah telat. Aku tidak pernah telat satu jam seperti dua teman kerja yang pernah satu shift sama aku! Sekitar tiga kali aku sendirian satu jam lebih di toko karena partner kerjaku masih enak bobok. 😒 Memang stereotip orang Jepang itu tepat waktu, tapi TIDAK SEMUA guys, TIDAK SEMUA. YANG NGGA TERTIB JUGA BANYAK. *emosi*

Hari itu, aku pun telat sekitar dua menit. Itu pun aku masih lebih pagi dibanding si store manager yang datang telat tujuh menit.

Karena konbini-ku tidak buka 24 jam, jadi pekerja shift paling pagi tuh harus menyiapkan semuanya. Kegiatan pertama yang harus dilakukan oleh pekerja shift pagi tuh menyalakan pintu otomatis, menyalakan lampu sign konbini, membuka gorden, menyiapkan tempat jual bakpao, menyalakan etalase gorengan, dan menyalakan penggorengan. Sebelum kita melakukan tugas lain seperti mengecek koran yang datang tiap pagi, mengecek produk yang datang saat toko tutup (jadi supir trus yang mengantar barang bisa masuk ke toko meski toko tutup), yang harus kita sambil dengan melayani customer di kasir. Kalau ada sih, soalnya pagi-pagi jarang ada customer.

Karena aku merasa bersalah karena telat dan aku berpartner dengan store manager-ku yang sudah manula, jadi aku pengen semuanya kulakukan dengan cepat. Karena aku tahu kalau sudah sama store manager-ku, kerjaan harus aku kerjain semua sendiri. Aku membuka gorden, menyalakan penggorengan, yang saat aku lihat, aku berpikir, "Minyaknya cokelat banget! Mungkin nanti shift malam minyaknya bakal diganti, nih."

Jadi penggorengan di konbini-ku ada dua, kiri dan kanan. Jadi aku menyalakan semua. Kemudian aku menyalakan etalase gorengan dan tempat bakpao. Kemudian aku harus menaruh koran hari itu yang tiba di rak koran. Lalu aku harus men-scan barang yang datang.

Tapi kemudian aku merasa ada bau asap.

Tapi kayak, ya udah lah ya.

Ngga lama, aku melihat asap berwarna abu-abu membumbung tinggi ke langit-langit toko. Aku panik dan ngga lama alarm penggorengan nyala (alarm kebakaran toko masih belum nyala saat itu), aku lari ke arah penggorengan dan itu sudah ada api di antara dua penggorengan. Apinya cukup besar sekitar 20-30 cm.

Aku bingung kenapa. Pas aku lihat penggorengan sebelah kiri itu tidak ada minyaknya!

Aku bingung sendiri kayak, "Jadi yang tadi kulihat lima menit lalu itu apa? Kok tiba-tiba bisa hilang? Jadi dari tadi tuh ngga ada minyaknya?"

Aku paniknya minta ampun. Aku berteriak, "Tenchou, Tenchou!" Tenchou artinya store manager. Yang jelas tidak kedengaran karena dia lagi ada di belakang. Aku langsung pencet tombol call dari cash register. Kemudian store managerku keluar dari belakang.

Aku kayak ngga bisa mikir saat itu. Ngga tahu cara menghadapi api. Di penggorengan sebelah kanan ada minyak penuh yang sudah 180 derajat, aku takut kalau apinya sampai ke penggorengan sebelah kanan. Aku pusing, aku pusing!

Meskipun sudah ada api, alarm kebakaran toko belum menyala, sepertinya karena asapnya belum sampai sensornya. Store managerku bertanya ada apa, dan kemudian aku menunjuk api. Ia langsung teriak, "Telepon pemadam kebakaran! Pencet tombol kalung ALSOK!"

Dalam otakku aku mengingat-ingat nomor pemadam kebakaran itu berapa!! 110 atau 119? Oh My God.............

Alhamdulillah api langsung padam karena kemudian store manager-ku menutup apinya dengan penutup minyak. Namun, alarm kebakaran toko kemudian bunyi. Yang mana itu terhubung satu apartemen. Yang berarti, gara-gara aku, segedung apartemen kudu terpaksa bangun pagi.

Dua fryer yang tidak bisa terpakai lagi akibat kebakaran.

*bersambung*

12 komentar untuk "Jangan Bermain Dengan Api #1"

  1. Waduh. Ternyata sampe ngebangunin satu apartment ya? Itu sih serem bercampur trauma dan rasa bersalah ya. Udah penggorengan KO lagi. Untungnya cepet padam ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, hahaha. Untungnya ga ada yang luka sih.

      Hapus
  2. Ya Alloh aku baca deg2an. Mana bersambung lagi, tambah penisirin. Sampai ada fryer yg rusak segala. Tenchounya marah ga Na?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Marah ngga ya, baca lanjutannya yang entah ditulis kapan. Hahaha...

      Hapus
  3. Wah, asyik banget Mbak! Deg2an, plus pastinya memorable buat bisa diceritain nanti kalo udah tua wkwkwk pengen baca next part nya

    BalasHapus
  4. jelas bingung lah. aq aja pasti lola pas sperti ini

    BalasHapus
  5. Aku dah takut bacanya, na. Untung apinya bisa dipadamkan ya. Cuma emang kaya gitu bikin trauma takut kebakaran lagi sih. Huhu

    Sehat2 di sana na

    BalasHapus
  6. Kok bersambung seh na, huhuhu. Aku jadi penasaran gimana selanjutnya setelah orang semua terbangun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soalnya panjang banget hahaha, ini aja lebih dari 700 kata.

      Hapus