Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Food Loss Ads Paradox

Kalau kamu ke Jepang, kamu akan terpukau bagaimana negara maju satu ini sangat tidak ramah lingkungan. Di negara maju lain, bahkan di Indonesia, sudah menerapkan larangan kantong plastik atau tidak ada lagi kantong plastik gratis sejak beberapa tahun lalu. Di Jepang, peraturan kantong plastik berbayar baru dimulai sejak Juli 2020. Kayak, basi banget deh. Ya tapi tidak ada kata yang terlambat ya.

Tak hanya soal kantong belanja plastik, pokoknya Jepang terlalu banyak pakai plastik deh. Salah satunya, aku pergi beli cokelat dalam kemasan kecil. Cokelatnya itu berupa snack cokelat kecil. Kemasannya kira-kira memiliki panjang 12 cm dan lebar 8 cm. Yang bikin aku syok adalah, cokelat di dalam kemasan juga dikemas plastik satu-satu. Ngapainnnn...

Kemasannya ngga gede...

Tapi dibungkus satu-satu isinya. Biar ngga nempel apa gimana sih. 

Salah satu yang aku suka dari Jepang adalah desain kemasan yang sangat cantik dan menarik. Misalnya mau beli oleh-oleh, misalnya saja Tokyo Banana dalam kemasan besar. Kemudian di dalamnya dikemas lagi satuan, sehingga kalau dibagi-bagi lebih praktis dan pastinya lebih higienis. Tapi kalau aku ingat oleh-oleh di Indonesia macam bakpia, satu kotak isinya banyak dan ngga dikemas satu-satu, tapi tetap bisa di-share. Kalau di Jepang, kayaknya ngga ada yang model gitu, pasti dikemas lagi satu-satu.

Makin lah ini karena korona, jadi di bakery pun yang biasanya tanpa berbusana plastik kini roti diplastik satu-satu. Plastik lagi, plastik lagi.

Masalah lingkungan yang dihadapi Jepang selain plastik adalah shoku loss 食ロス atau food loss atau food waste. Shoku artinya food atau makanan. Food loss menjadi salah satu concern negara Jepang beberapa tahun belakangan karena Jepang tuh memang sukanya buang-buang makanan sih. 😂

Jepang punya banyak convenience store dan supermarket yang menjual makanan seperti bento, onigiri, dan roti yang jangka waktu sampai best before date-nya itu ngga panjang. Itu ya, kalau sudah lewat dari best before, semua dibuang. Bahkan dua jam sebelum waktu best before, produk itu ngga bisa dijual. Otomatis ngga bisa di-scan di kasir.

Iya kalau boleh dimakan sama pegawainya. Tapi banyak yang tidak membolehkan. Harus dibuang. Aku pernah bertanya apakah kami boleh makan makanan lewat best before di toko tempatku bekerja, katanya ngga boleh. Aku tanya, kenapa, kan buang-buang makanan. Katanya, bisnis ya bisnis. Ini soal compliance.

Compliance what? 👀

Aku cuma miris melihat minimal satu kantong besar onigiri, dessert, bento yang dibuang tiap harinya. Bayangkan sebulan, bayangkan ada berapa toko di Jepang? Aku ngga mau membayangkan.

Salah satu tindakan yang dilakukan toko untuk mencegah unnecessary food waste ini ya memberi diskon untuk makanan yang sudah mau dekat dengan waktu best before. Sekarang pun banyak poster soal food loss dan mengajak masyarakat untuk mengambil makanan di rak yang paling dekat dengan kita. Bukannya ambil yang belakang yang best beforenya lebih lama.

Di 7-Eleven sendiri ada program namanya eshikaru purojekuto. Aku tuh awalnya kaya what the fak is eshikaru. Mikir-mikir itu dari kata Bahasa Inggris apaaa coba. Ternyata ethical. Oh.

Jadi untuk pembelian makanan daily seperti roti, bento, onigiri, dessert, lauk yang ditempeli dengan stiker Eshikaru, bisa mendapatkan 5% poin dari harga produk. Tapi hanya untuk pengguna Nanaco, e-money-nya 7-Eleven. Stiker Eshikaru ini ditempel oleh pegawai sekitar tujuh atau sembilan jam sebelum waktu best before (tergantung jenis produk).

Kalau customer pengguna Nanaco, concern lingkungan, dan pengen dapat poin 5%, mereka bakal mencari-cari produk dengan stiker Eshikaru. Tapi menurutku, kebanyakan dari mereka ngga peduli. 😂 Apalagi yang bukan pengguna Nanaco. Banyak juga orang yang ngga ngeh dan bodo amat sama stiker itu. Tapi di sisi lain, gara-gara ditempel stiker itu, orang jadi ngeh kalau produk itu mau expired. Jadi yang diambil ya produk belakangnya. 😂

Selain poster yang ditempel di semacam papan pengumuman RT 😂, banyak iklan soal food loss ini. Seperti di truk sampah juga. Selain itu, di poster dan iklan di convenience store tuh jelas-jelas semacam diinstruksi kalau lebih baik ambil yang paling depan. Menurutku tuh kaya paradoks aja. Karena bikin orang pada ngeuh dan akhirnya lebih banyak customer yang malah ambil produk yang lebih baru.

6 komentar untuk "Food Loss Ads Paradox"

  1. unaaa..kangen euy. lama banget aku nggak main kesini huhuhu..
    Ya ampun, mubadzir banget ya. itu kenapa sih karyawan nggak dibolehin makan makanan yg mau expired. dibuang euy, aku juga nggak bisa ngebayangin tiap hari tiap toko buang makanan segimana banyaknya hicks..sedih banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngga tahu kenapa. Perusahaan gede males nyari masalah kayaknya. Iyaaa sedih deh Mbak kalo banyak yang dibuang gitu. Diapain ya kira-kira.

      Hapus
  2. Ini jadi antara makanan pasti selalu fresh di supermarket (karena kalau di Indomaret atau alfamart aku agak ragu seh makan makanan cepat saji gini) dan banyak yang kebuang ya na.

    Tapi untuk yang kebuang gini apa gak bisa diperhitungkan aja gitu ya? Kalau sehari paling banyak 10 yang dibeli ya cuma dijual 10 aja gitu, jadi gak banyak yang kebuang? Tapi ngak ngerti juga seh yak perhitungan bisnis mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kadang juga ada kaya snack yang 'kurang laku' even expired datenya panjang, trus ya ada aja kebuang.

      Udah diperhitungkan Mbak. Statistik hari-hari sebelumnya kan juga ada (bahkan tahun sebelumnya). Sama suhu hari ini juga diperhitungkan. Cuma misal, satu makanan ini ngga kejual satu. Trus taruh lah makanan freshnya ada 50 jenis, ngga kejual satu dari 20 jenis aja udah 20 makanan kebuang.

      Hapus
  3. aku juga kalo beli roti ambil yang paling dalam dan lihat expired nya kapan :D

    ya kan roti nya ga langsung dimakan, sebel juga kalo udah beli, lupa makan bbrp hari, eh udah jamuran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Percuma banget, wkwkwk. Mending ngga beli deh :p

      Hapus