Percakapan dengan Supir Taksi Jepang
Perjalanan kemarin ke Jepang, kami banyak menggunakan taksi. Aku senang naik taksi karena jadi kesempatan buat ngecengin supir taksinya (ya kali, kebanyakan tua-tua!) ngobrol sama si supir taksi sambil latihan percakapan.
Dari belasan kali naik taksi, semuanya berkesan. Salah satunya saat perjalanan dari penginapan ke Stasiun Shin-Osaka untuk naik Shinkansen.
Supir taksi kali itu relatif muda, tidak ganteng namun terlihat keren, ditambah kulitnya yang rada kecokelatan. Dari hasil wawancara, ternyata hobinya surfing. Hmmm... pantes saja.
Mulanya dia bertanya, asal kami dari mana. Begitu kubilang, Indonesia, dia sumringah. Ternyata ia sudah beberapa kali ke Indonesia, tapi hanya ke Bali untuk surfing. Dia juga sudah pernah ke Lembongan -- dan aku belum pernah (╥_╥)
"Saya iri dengan Indonesia. Makanannya enak, lautnya bagus, orangnya baik-baik..."
Ekspresiku langsung menunjukkan seolah-olah aku berujar, "Apaan!" Begitu pula tamu yang kuantar setelah ucapan si supir taksi kuterjemahkan. Iya sih lautnya bagus tapi orangnya baik-baik? Ya yang ngga baik juga banyak #realistis #maafindonesia
Sementara dia iri dengan Indonesia, sini iri sama Jepang. Memang rumput tetangga lebih hijau ya. Ya Indonesia sama Jepang ngga tetangga-tetanggaan amat sih.
"Jepang juga punya Okinawa kan..." kataku. Okinawa merupakan prefektur paling selatan di Jepang yang bersuhu tropis. Tempat wisata paling populer untuk wisatawan domestik Jepang. Semacam Bali-nya Indonesia atau Jejudo-nya Korea.
"Tapi tetap saja rasanya berbeda... enakan di Indonesia." Dia juga berucap ingin lagi ke Indonesia untuk bertemu temannya orang Bali.
Karena ngga punya foto taksi dan di dalam taksi, pasang foto random aja ya. Pemandangan dari Umeda Sky Building. |
Adik K, salah satu tamu yang setaksi denganku bilang supaya si supir taksi kapan-kapan diving di Bunaken atau Raja Ampat. Trus aku juga cerita bahwa kami pun belum pernah ke Raja Ampat karena tiket pesawatnya lebih mahal ke sana daripada ke Jepang.
Si supir taksi yang asli Osaka ini juga bertanya apakah aku sering pergi ke luar negeri. Ya ngga sih... bahkan tahun ini baru ke Jepang saja. Tapi tahun lalu lumayan banyak jalan-jalan.
Meski perjalanan taksi menuju stasiun untuk meninggalkan Osaka, aku bertanya tempat apa yang asyik di Osaka. Jawabannya, "Kota besar seperti Tokyo dan Osaka ya... sepertinya tidak ada yang menarik, gitu-gitu aja. Kalau sedikit ke desa mungkin lebih cantik."
Sama saja denganku kalau ditanya di Jakarta yang asik ke mana. Nggak ada! Ke mall lah the best!
☀☀☀
Di dasbor taksi ada identitas dong ya. Namun tidak semua kanji nama si supir taksi bisa aku baca. Tulisannya sih 塚原洋平。Kanji pertama aku tidak bisa baca. Ia pun menjelaskan bahwa bacaannya 'tsuka'. Jadi namanya Tsukahara Youhei. Selain latihan percakapan, aku juga jadi belajar membaca kanji dengan naik taksi.
Aku lupa ngobrol apalagi, pokoknya non-stop ngobrol dari awal sampai tiba di stasiun. Argo menunjukkan angka 3080 yen, aku pun mengulurkan uang 10000 yen dan ia pun mengembalikan 7000 yen.
Eh? Kok 7000? Kan harusnya 6000.... 900... *sambil ngitung* Di Jepang, naik taksi kalau kembalian seperak juga dikembalikan.
"Nggak apa-apa, diskon sedikit. Ini perasaan terima kasih saya (kansha no kimochi -red)."
He? Terima kasih untuk apa?
Sepertinya sih, dia senang bisa ngobrol banyak di taksi. Aku juga senang... hehehe. Meski diskon 80 yen, 'cuma' sekitar 11 ribu, tapi rasanya senang sampai terharu.
Kami pun 'berpisah' dan aku pun teriak, "Maido ookini~", terima kasih dalam dialek Kansai. Tapi kok tuh supir taksi ketawanya aneh... oke mungkin aku salah ngomong. Yo ben lah, hahaha.
Ini cuma satu dari belasan cerita percakapan dengan supir taksi di Jepang yang berkesan. Pernah suatu kali, kami naik taksi dan sudah jalan lebih dari dua kilometer, argonya nggak dinyalain, dong. Untung aku ngeh dan segera memberitahu. Kasian supir taksinya sudah tua. Tapi ia bilang nggak apa-apa, ini servis (baca: gratis) katanya.
Cerita lainnya lagi, GPS taksi yang kami naiki sedikit eror memberikan petunjuk jalannya. Sebenarnya tidak eror sih, hanya saja aku lihat sebelumnya si supir taksi memencet OK saat muncul jendela pertanyaan: "Apakah mau lewat jalan tol?" Makanya si GPS menunjukkan jalan lewat highway yang berarti muter-muter. Tidak sampai naik highway sih karena supir taksinya sadar.
Jalannya pun jadi sedikit memutar jauh dan sepertinya si supir merasa bersalah ya, dan kemudian bilang, "Maaf... nanti saya kurangi harganya." Mesin argo pun sudah dimatikan sebelum sampai lokasi. Angka di argo menunjukkan 1940 yen, namun ia hanya meminta 1500 yen saja karena kesalahannya.
Servis di Jepang emang deh top!
Kalau naik taksi, di Jakarta, aku tuh demen ngobrol sama supir taksinya. Apalagi adikku, udah kayak wawancara. Ada beberapa cerita seru juga sih. Kapan-kapan deh kalau ingat. Yang jelas pertanyaan pembuka untuk ngobrol dengan supir taksi di sini tuh, "Asalnya mana Pak?" Hehehe...
Ada yang punya cerita unik tentang ngobrol dengan supir taksi? Atau supir apa kek. Atau pegawai apa gitu. Ceritain dooong...
Kami pun 'berpisah' dan aku pun teriak, "Maido ookini~", terima kasih dalam dialek Kansai. Tapi kok tuh supir taksi ketawanya aneh... oke mungkin aku salah ngomong. Yo ben lah, hahaha.
Ini cuma satu dari belasan cerita percakapan dengan supir taksi di Jepang yang berkesan. Pernah suatu kali, kami naik taksi dan sudah jalan lebih dari dua kilometer, argonya nggak dinyalain, dong. Untung aku ngeh dan segera memberitahu. Kasian supir taksinya sudah tua. Tapi ia bilang nggak apa-apa, ini servis (baca: gratis) katanya.
Cerita lainnya lagi, GPS taksi yang kami naiki sedikit eror memberikan petunjuk jalannya. Sebenarnya tidak eror sih, hanya saja aku lihat sebelumnya si supir taksi memencet OK saat muncul jendela pertanyaan: "Apakah mau lewat jalan tol?" Makanya si GPS menunjukkan jalan lewat highway yang berarti muter-muter. Tidak sampai naik highway sih karena supir taksinya sadar.
Jalannya pun jadi sedikit memutar jauh dan sepertinya si supir merasa bersalah ya, dan kemudian bilang, "Maaf... nanti saya kurangi harganya." Mesin argo pun sudah dimatikan sebelum sampai lokasi. Angka di argo menunjukkan 1940 yen, namun ia hanya meminta 1500 yen saja karena kesalahannya.
Servis di Jepang emang deh top!
Kalau naik taksi, di Jakarta, aku tuh demen ngobrol sama supir taksinya. Apalagi adikku, udah kayak wawancara. Ada beberapa cerita seru juga sih. Kapan-kapan deh kalau ingat. Yang jelas pertanyaan pembuka untuk ngobrol dengan supir taksi di sini tuh, "Asalnya mana Pak?" Hehehe...
Ada yang punya cerita unik tentang ngobrol dengan supir taksi? Atau supir apa kek. Atau pegawai apa gitu. Ceritain dooong...
☀☀☀
Facebook: Una Vida Escrita de la Una
Instagram: @u__n__a__
Twitter: @u__n__a__
E-mail: me@sittirasuna.com
LINE@: @jqr0626c
LINE@: @jqr0626c
Sering Na ben ga garing. Seringnya ttg kehidupan pak sopir. Atau nggak, aku sering bgt minta tolong utk nyalain radio. Hehe
BalasHapusBiar ngga krik-krik ya...
Hapushahaha rumput tetangga emang lebih hijau :D
BalasHapusHo oh Mas...
HapusAku kalau di dalam taxi diam seribu bahasa 😆
BalasHapusHahaha...
Hapuskadang2 sih ngobrol..
BalasHapusada supir taksi yg bapak2 tua cerita dan kasih resep soal jamu jerawat yang ampuh, anaknya dia banyak jerawat..
tapi lupa deh detilnya
Ih mau dong Bu resepnya!
HapusWoah keren Mba Una!! Bisa ngomong panjang lebar ama supir taksi di Jepang. Udah level berapa bahasa jepangnya mba...buat bisa sampe ngobrol kaya gitu?
BalasHapusKalo aku mah paling cuma bisa ngobrol sama supir taksi di Malaysia & Indonesia. Hahaha...:D
Masih basic banget Mbak... kalau udah keluar kata susah aku "Hah? Hah?" Hahaha... Supir taksi Malaysia itu jutek-jutek kan T.T
HapusDibilang jutek sih bisa iya bisa nggak. Soalnya random dapetnya. Kadang dapet bapak2 yg galak, kadang dapet anak muda yg pendiem, kadang dapet bapak2 yg talkative, dll. Mirip2 di Jakarta.
HapusMgkn kalo di Jepang mayoritasnya pada kalem2 ya. Belom kesampean nyobain. Denger2 mahal walaupun deket. OTL
Menurut aku sih udah bisa ngomong ama customer service local tuh uda keren banget. *tepuk tangan*
Hahaha... iya mahal... =))
HapusBuka pintu 80-100 ribuuu...
hihihi... lucu yaa..
BalasHapusaku pernah ngobrol sama supir taksi, malah diceritain tentang dirinya yang sudah cerai sama istrinya.
Duh!
Waduh, dicurhatin yaaa... hahaha...
Hapusrumput tetangga lebih merah #eh
BalasHapusaku gak suka ngobrol sm orang asing jd klo ditanya cuma jawab, haha
Hahaha kebalikan kita En,
Hapuskalau sama orang asing aku suka ngobrol,
kalo ama yang udah dikenal, males =))
seru yaa...kayakx sopir jepang baik2 dan enak diajak ngobrol semua yah, suka ksh diskon lagi!btw kl sama org asing yg g bs bhs jepang gmn na, apa mrka ttp berusaha ngbrol pke bhs inggris?
BalasHapusKemarin ketemu yang bisa Bahasa Inggris ya ngajak ngobrol pake Bahasa Inggris. Tapi kebanyakan ngga bisaaa...
Hapusmurah euy, dapet diskon, hehe. aku pernah pas ke lembang dianterin sampe tempat tujuan yang mana susah banget masuk area sana, kudu ngira2 tempatnya, tiap liat nomor rumah yang mirip udah kegirangan aja. toh ya akhirnya nyampe juga setelah berkali-kali muter belokan. klo pas di malang malah dicurhatin sama pak supir angkot blg klo tarif di sana udah ditentuin ama komunitasnya. jd ga bs main ngasih harga tinggi, ntar kena semprit. :D
BalasHapusItu nyindir minta ditambahin yaaa? Hahaha...
HapusKalau di Jogja, yang alun-alun selatan ada mobil warna-warni itu justru tarif komunitasnya tinggi, ngga bisa ngasih lebih rendah (biar lebih laris gitu kalau tarifnya direndahin)...
ahaha iya, rumput tetangga memang selalu lebih hijau yaa... ;p wuih pak sopirnya baik ya, didiskon, bukan malah dibuletin kayak di sini #eh
BalasHapusDibuletinnya ke atas kalau di sini, hahaha...
HapusBanyak ceritanya...sampe2 aku fikir mereka udah ditraining buat jd story teller
BalasHapusHehehe... manusia kan memang story teller :D
HapusHahaha..iya banget ya Naaa...rumput tetangga itu suka lebih hijau :D
BalasHapusHahaha ho oh :))))
HapusIya pada suka di sini, biaya hidup juga murce dibanding di sono. Kdg mereka terkaget-kaget di sini rata2 rumah punya prt, bahkan ada yg 2 prt...waah, okane mochi ya...gitu komentarnya. Xixixi.
BalasHapusBtw, emang kalo urusan service Jepang mah TOP. Customer service oriented banget.
HapusBtw, emang kalo urusan service Jepang mah TOP. Customer service oriented banget.
HapusHahaha iyaaa soalnya murah... plus musimnya ngga banyak berubah, jadi ngga perlu baju banyak XD XD Waduh kita okanemochi ya hahahaha~
Hapuskalau aku ngobrol iso nyambung ra yoooooooo
BalasHapustapi baik2 ya supir dijepang sana :")
coba disini kurang ae g mau tau :v boro2 dikortinggggggg :v
Lah aku sering ngobrol sama sopir taxi tapi kenapa bukan orang Jepang semua, yak?
BalasHapusJadi ada ya orang Jepang yg jadi sopir taxi. Berapa sih call centre nya? ��
Ahaha.. seriiing, aku kalau ketemu supir taksi yang enak diajak ngobrol, nyetirnya nyaman suka ikhlas kalau ngelebihin pembayaran. Tapi klo ketemu yg nyebelin pengen diunyeng tuh supir taksi 😂
BalasHapusAhaha.. seriiing, aku kalau ketemu supir taksi yang enak diajak ngobrol, nyetirnya nyaman suka ikhlas kalau ngelebihin pembayaran. Tapi klo ketemu yg nyebelin pengen diunyeng tuh supir taksi 😂
BalasHapusseru juga ya baca percakapannya, aplagi ngomong kalau suka indonesia, memang sih di indonesia banyak yang bilang ramah-ramah mungkin memang iya tapi gak semuanya, ya meskipun begitu tetap bangga aja sama indonesia.. hhe
BalasHapusklo super taksi di indonesia kasian. suka di minta yg aneh2 @_@
BalasHapusmalah ada istilah ATM.. ya mungkin sebagian dari komentator sudah tau :p
download film horor