Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hujan-Hujanan di Kawah Putih

Guyuran hujan sore ini mengingatkanku persis seminggu lalu (30/3) aku hujan-hujanan di Kawah Putih. Waktu itu, Mbak Alaika, Mbak Ama, Mbak Idah, dan aku menuju Ciwidey sekitar jam satu dari Bandung. Sampai Kawah Putih sekitar jam empat kurang dan waktu itu hujan. Kawah Putih ialah danau kecil bekas letusan Gunung Patuha yang berwarna putih kehijauan karena sulfurnya. Tiket masuk per orangnya 15.000. Dari loket menuju lokasi kira-kira berjarak 4,5 kilometer.

Ada dua pilihan. Jika menggunakan ontang-anting, semacam angkutan yang disediakan oleh pihak pengelola diharuskan membayar biaya 10.000 sedangkan jika ingin membawa mobil sendiri ke atas, tarif parkirnya 150.000. Karena mahal sekali, akhirnya parkir di bawah saja. Kebetulan kan hujan ya, dan hanya aku yang membawa payung (beuh, well-prepared banget kan eike) dan tak bisa kami temui ojek payung di sana. Mbak Ama, teman Mbak Alaika sudah pernah ke Kawah Putih sebelumnya jadi ia memilih untuk tidak naik. Sedangkan Mbak Alaika karena tinggal di Bandung, bisa lain kali ke Kawah Putih dengan mudah.

The pretty driver kalau kata Pakde Cholik.
Nah yang kepengin sekali melihat Kawah Putih adalah temanku Mbak Idah ini. Ya masak udah jauh-jauh sampai sana, nggak jadi karena kalah sama hujan. Akhirnya aku berdua saja dengan Mbak Idah naik ke atas menggunakan ontang-anting. Kata orang-orang yang kami temui dan mbak-mbak tiket kalau hujan pasti ada kabut, tapi kami nggak peduli euy!

Sampai ke atas, tahunya banyak rental payung. Namun kayaknya Mbak Idah ini tipe-tipe orang romantis, sudah tahu payungku kecil sekali tetap saja sepayung berdua. Nah, aku jadi teringat ketiga tiga tahun lalu aku ke Kawah Putih bersama sepupuku, Affi. Ada banyak hal baru di sana. Ada tulisan KAWAH PUTIH, ada kantor information yang bagus, tangga masuknya pun juga sedikit berubah. Jalan menyusuri tangga, dan voila... Kawah Putih ada di depan mataku!

Dan seperti biasa, kalau lihat sesuatu yang cantik, entah pegunungan, hutan, danau yang indah, atau diriku sendiri (pret!) bawaannya aku nyengir-nyengir sendiri. Aku senang! Meski hari itu ramai sekali, nggak masalah lah. Bau belerang tidak begitu menyengat dan tidak ada kabut di sana. Diprovokasi sama orang-orang di bawah tadi nih. Namun sepertinya air di danaunya di berapa bagian menjadi lebih butek. Entah karena hujan atau bagaimana deh. Selanjutnya ya, foto-foto...

Umbrella girl. Tuh celana sama sandal jepit sudah dibawa jalan berapa kilometer yak @.@
Ketok banget sensornya kotor.
Kami bergantian foto-fotonya. Sudah bisa ditebak banyakan foto Mbak Idah dibanding fotoku. Rasionya 5:1 kalik. Kemudian dia kepengen banget namanya foto berdua sama aku, hmmm... gitu ya. Akhirnya kami minta tolong dengan mas-mas yang juga datang berdua dan nantinya minta difoto berdua juga, sip.

Rame beud. 
Sok iye.
Sekitar 20 menit kami berada di Kawah Putih. Padahal tulisan di luar maksimal 15 menit, dikarenakan takut kenapa-kenapa kalau menghirup belerang terlalu lama. Foto-foto di tulisan KAWAH PUTIH, kemudian naik angkot ontang-anting untuk kembali di bawah. Di perjalanan turun, kami pun mewawancarai si supir ontang-anting supaya mendapat pengetahuan lebih banyak. Tak lupa Mbak Idah mendekati supirnya untuk foto bareng, jiahhh! Kami bertanya banyak hal mulai uang yang didapat dari ontang-anting perharinya dan mitos-mitos di Kawah Putih.

Jika tiket ontang-anting di loket bertarif 10.000, delapan ribunya akan masuk kantong pemilik ontang-anting dan sisanya untuk pihak pengelola. Ada semacam lisensi supaya bisa ontang-anting bertugas di Kawah Putih. Jumat-Sabtu minggu lalu si bapak supir berhasil narik 55rit pulang pergi. Sedangkan 1 rit ia akan mendapatkan uang 104.000. Hitung saja penghasilan bapak itu dua hari itu. Tapi itu di akhir pekan, kalau di hari biasa ya sepi.

Ia juga bercerita bahwa ada makam leluhur yang dikeramatkan dan juga dulunya ada sebuah pabrik belerang di Jaman Belanda. Anyway, andai Junghuhn masih hidup, pengen sekali aku bertemu dengannya. Junghuhn ialah peneliti geologi yang menemukan Kawah Putih...

Pegang-pegang paha eike. @Ontang Anting
Sampai di bawah, Mbak Idah dan Mbak Alaika belanja-belanja dulu, hihihi. Karena Mbak Alaika dan Mbak Ama belum foto-foto, jadi kami berempat foto di depan tulisan Wisata Kawah Putih. Minta fotoin orang yang kebetulan juga foto-foto di sana.

Sok ikrib amat eike sama Mbak Idah pake rangkul-rangkul. Padahal di luar foto, kukata-katain mulu, hihihi pisss mbak!
Loket Kawah Putih tutup pukul 17.00 dan kami turun sekitar jam segitu. Sudah sore sekali dan kami tidak sempat ke Situ Patenggang. Padahal eike mau nunjukin tukang perahu nu kasep lah... hihihi.

Akang-akang parahu.
Sore itu... kami langsung menuju ke Nasi Kalong. Sudah pernah coba?!
Terimakasih buat Mbak Alaika dan Mbak Ama yang mengantarkan ke Kawah Putih, hihihi ^^

47 komentar untuk "Hujan-Hujanan di Kawah Putih"

  1. Kok saya kepikiran pingin jadi tukan ontang anting ya Un.. kalau penghasilane segitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi ke Bandung ajaa, udah diajakin Mbak Nchie ke Bandung juga, kan??

      Hapus
    2. kalo mau ngirim lamaran ke mana yak?
      krrim via email yak :p

      Hapus
  2. Si mas tukang perahu ganteng ya Un. Nanya gak apakah dia sudah menikah atau belum? #apaurusannyacoba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak tauuu tapi waktu itu dah punya pacar T.T *trus* *wkwkwk*

      Hapus
  3. enaknya mejeng... ^^
    aku belum pernah ke kawah putih maupun makan nasi kalong... wkwkwk #ngenes

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi gak apeu, aku juga belum pernah ke Kertosono :D

      Hapus
  4. Suit suit sepayung berdua niiih :D
    *eh :P*

    BalasHapus
  5. kok abang tukang perahu lebih nyess di foto drpd yang punya cerita ya ..hmmmm

    BalasHapus
  6. kok gak nyebur sih un..?
    ga butuh pelampung kan..?

    BalasHapus
  7. Una.. di Kawah Putih bukannya dingin yaaa? dirimu kok kuat cuma celana pendekan gitu siiih?

    Udah lama ih ga kesana. Tapi perjalan kesananya itu bikin males ya kadang2.. jauh bangeeeet..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha jaketku kan sudah terattach dalam badan :p :p
      Iyaaa, jauh banget >_<

      Hapus
  8. yah tidak ada foto ontang-antingnya un. benda berbentuk apa itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Angkot ajah mbak, cuma madep depan semua :D

      Hapus
  9. Mbak una pahanya gede ya #salahpokus

    BalasHapus
  10. fotonya mbak idah yg deket pohon kayak di salju lho Na *apa aq yg salah liat ya?* ehehe

    BalasHapus
  11. Serunyaaaaa....bikin ngiler aja ;(

    BalasHapus
  12. bagus juga ya kawah putih na....

    nasi kalong itu apa tuh na.. gak pernah denger gua... :D

    BalasHapus
  13. foto fotony akeren Una

    pada jadi foto model semua ya , gayanya oke oke :)

    BalasHapus
  14. Wah, ternyata walo ujan, pemandangan di atas tetap indah ya, Na. Nyesel juga ga ikutan naik ke atas ih. :(

    Ntar kapan-kapan kita kesana lagi yuk. Tapi kamu yang nyetir Gliv, kaki kiriku pegel jaga kopling terus, macetnya itu bo'. Hehe. :)

    BalasHapus
  15. Aaaa abang sampan tampan sekali x_X

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baru aja gia mau koment begini.. huuu *sehati kita* #eh

      Hapus
  16. Meski hujan, pengunjung banyak yang nyemplung ke air sambil berpayung ya.

    BalasHapus
  17. samaaa ^^ aku ke sana jg pas ujan :D
    Gerimis romantis dih :p
    di http://argalitha.blogspot.com/2012/12/catatan-perjalanan-kawah-putih-menawan_5.html kutulis ^^

    BalasHapus
  18. Alaika Abdullah bukannya tinggal di Aceh un?

    BalasHapus
  19. Wkwkwkw. . .
    Gue gak megang paha loe. .
    Pitnah ah,. . wkwkw

    Serius, brewoknya bikin kesemsem. . . :D

    BalasHapus
  20. Una, itu payung gak cocok ah sama kamu..kurang unyu :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi aku ada payung hello kitty tapi aku sengaja bawa payung paling cilik :D

      Hapus
  21. senyum tukang perahunya manis hehehe

    BalasHapus
  22. uhuyyy, aku jadi inget mas2nya itu, na :D

    BalasHapus
  23. hupppz ... kawah putih memang keren,,,

    BalasHapus