JADI PEREMPUAN HARUS KUAT!
Beberapa minggu lalu, aku mengalami hal yang sangat tidak mengenakkan.
Suatu hari, aku sedang kelaparan jadi aku pergi ke 7-Eleven dekat rumah. Ketika aku sedang memilih makanan, seorang penjaga toko menyapa, dan aku hanya menganggukkan kepalaku. Tapi aku tersadar, ia mendekatiku dari sebelah sisi kiriku, dan saat aku menengok, tahunya dia teman sekolahku yang sepertinya baru mulai bekerja di situ. Aku kaget dong, sekaligus senang, apalagi akibat korona aku tidak pernah ke sekolah dan bertemu teman-teman.
Temanku ini seorang laki-laki berasal Nepal. Dia lebih muda daripada aku, tampangnya lugu sukanya cengengesan, dan sempat gabung di paduan suara sekolah bareng. Sekarang sih paduan suaranya sudah bubar. Rumahnya pun tidak terlalu jauh dari rumahku, tapi pertemanan kita nggak cukup dekat untuk janjian ketemuan. Kita pun juga nggak pernah mengobrol yang dalam banget lah, biasa aja. Tapi kalau di sekolah ketemu ya kita menyapa, mengobrol sedikit, dan saling cengenges-cengenges. Ya ampun aku sudah hampir 30 tahun kok hobinya cekikikan dan cengengesan.
Setelah aku pulang ke rumah, tak selang berapa lama, temanku menghubungiku via LINE. Katanya dia ingin mampir ke rumah dan mengobrol denganku. Mungkin saat itu ia sedang istirahat makanya bisa memegang hape. Shift dia berakhir pukul 10 malam, dan aku oke oke saja. Apalagi aku sudah lama tidak bertemu dengan temanku ini. Kali saja dapat info terkini tentang sekolah dan kehidupan di Jepang.
Tepat pukul sepuluh malam, ia menyapaku di LINE. Aku memastikan kalau ia jadi ke rumah atau tidak, soalnya aku ternyata sudah mengantuk. Ia bilang jadi, dan menanyakanku apakah aku ingin sesuatu dari minimarket. Ia bilang ia sedang di Ministop (minimarket lain, bukan tempat dia bekerja) dan sedang berbelanja.
Sempat bertanya-tanya dalam hati, kenapa ia tidak beli di 7-Eleven tempat dia bekerja? Kecuali kalau Ministop itu supermarket yang harganya lebih murah dan ia harus mengirit. Tapi Ministop itu sama-sama convenience store (minimarket) yang biasanya harganya sedikit lebih mahal dibanding supermarket biasa.
Aku pun menghampiri dia di Ministop dan ia sedang membayar belanjaan. Ia memasukkan kotak rokok ke dalam sakunya. Aku melihat di layar kasir yang mengarah ke customer dan menunjukkan tulisan dalam katakana:
“OKAMOTO SUKINRESU 0.3MM.”
Aku langsung mengalihkan kepalaku dan berjalan ke luar minimarket sambil berpikir. Sebentar, Okamoto kan merek kondom? Sukinresu itu apa? Skinless? OMG.
Rasanya jantungku mau jatuh ke trotoar. Jadi kotak yang dia masukkan dalam sakunya itu bukan rokok, tapi kondom?
Tidak pernah terbayangkan kalau temanku ini terpikirkan untuk mengajakku melakukan hal itu. Aku selalu melihatnya sebagai laki-laki muda yang lugu. Aku pun tidak pernah 0,0000001% pun tertarik secara seksual dengan temanku ini. Mataku berkaca-kaca dan rasanya aku ingin melarikan diri tapi aku memilih untuk bersikap tenang. Bodohnya aku tidak melarang dia ke rumahku saat itu dan pura-pura tidak tahu kalau sebenarnya aku sudah tahu kalau dia membeli karet pelindung itu.
Sampai rumah, aku berusaha tenang, dan dia langsung to the point saja, bertanya padaku apakah dia boleh duduk di sebelah futonku. Aku langsung bilang, “Aku tahu kamu mau apa. Tapi aku tidak bisa.”
“Sekali saja, kumohon.”
“Apaan sekali saja, sekali saja. Nope. Aku punya pacar.” Padahal sih, tidak. 😂
Aku berusaha tenang dan nge-pukpuk dia, dan menyatakan kalau aku tidak bisa melakukannya. Aku mengancam akan teriak kalau dia terus memaksaku.
“PULANG KAU SANA!” Akhirnya dia pun pulang dan aku pun tak kunjung lega.
Aku menelepon temanku di Indonesia untuk cerita dan chat teman satu sekolah tentang apa yang terjadi. Akhirnya aku pergi ke pub menemui temanku yang lain untuk mengalihkan kesedihanku, dan aku tidak menceritakan ke temanku yang satu ini karena baru beberapa hari lalunya ia berpesan kepadaku untuk tidak pernah memasukkan laki-laki yang kurang dikenal ke dalam rumah.
Selama ini aku cukup santai ‘memasukkan’ teman lawan jenis ke rumah karena tidak pernah ada kejadian yang tidak mengenakkan. Ada dua teman laki-laki pernah menginap beberapa hari pun, ya biasa saja. Selama di Australia, tinggal serumah, bahkan sekamar dengan teman laki-laki juga biasa saja.
Aku terlalu polos untuk tidak cukup mengetahui kalau ada teman lawan jenis yang punya pikiran seperti ini.
Yang aku sesali sih, bukan soal aku memasukkan temanku ini, tapi aku merasa kurang tegas waktu menolak, dan aku harusnya teriak dari awal. Atau bahkan menolaknya sejak melihat layar kasir di minimarket.
Beberapa minggu kemudian, akhirnya aku tidak tahan dan menceritakan hal sebenarnya kepada temanku yang kuhampiri di pub. Dan ia memarahiku habis-habisan karena aku memasukkan teman yang kurang akrab ke rumah.
Sudah sedih, cerita, eh malah dimarahin. Memang jadi perempuan harus kuat deh, harus bisa jaga diri sendiri. 😌
take care ya Una
BalasHapusWah, ngeri juga ya temanmu. Bener kata temenmu yang di pub. Ke depannya lebih hati2 lagi, ya, Na.
BalasHapus