Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sebuah Mediator Bernama ASEAN

Aku kira problematika paling besar yang dihadapi Singapura adalah penuaan populasi. Eh, ternyata nggak juga. Ya pastinya, namanya negara kan punya banyak problem. Nah, Singapura rupanya pernah bersengketa dengan Malaysia karena saling klaim kepemilikan sebuah pulau. Yaitu Pulau Batu Puteh atau Pedra Branca.

Pedra Branca atau Batu Puteh merupakan sebuah pulau kecil yang terdiri dari bebatuan granit yang memiliki luas sekitar 0,85 hektar. Banyak yang menganalogikannya tak lebih besar dari sebuah lapangan sepak bola. Pulau ini terletak sekitar 44 km di timur Singapura dan 13 km dari Johor, Malaysia. Tak jauh dari Pedra Branca, terdapat Middle Rocks (Batuan Tengah) dan South Ledge, pulau karang kecil yang juga menjadi sengketa.

A. Letak Pedra Branca. Captured dari maps.google.com
Permasalahan dimulai ketika Malaysia mempublikasikan peta Wilayah Perairan dan Batas Landas Kontinen Malaysia pada tahun 1979. Dalam peta itu, Pedra Branca termasuk dalam wilayah kedaulatan Malaysia. Padahal, di sana terdapat mercusuar Horsburgh yang digunakan Singapura sebagai batas wilayah dan tempat memeriksa lalu lalang kapal dagang, serta sudah didirikan sejak tahun 1851. Selain itu, pada tahun 1953 Acting State Secretary of Johor mengirimkan surat kepada Singapura yang menyatakan bahwa Johor tidak mengklaim kepemilikan Pedra Branca.

Tahun 1980, Singapura memprotes klaim kepemilikan Pedra Branca oleh Malaysia. Tiga belas tahun kemudian, terjadi negosiasi bilateral namun tidak ada keputusan akhir. Pedra Branca pun digantungin.

Akhirnya tahun 2003, kedua negara itu membawa permasalahan mereka ke Mahkamah Internasional, Den Haag, Belanda.

Mahkamah Internasional, Hague. Foto dari sini.
Pengadilan memutuskan menolak pernyataan Singapura yang menyatakan Pedra Branca adalah terra nullius (tanah yang tak bertuaan) dan memutuskan bahwa Pedra Branca aslinya ialah di bawah kedaulatan Kesultanan Johor. dan merupakan wilayah Malaysia. Namun penggunaan pulau itu oleh Singapura untuk mercusuar, dan tindakan itu dilakukan sudah sejak lama, tanpa Malaysia memprotes. Selain itu, peta resmi yang dikeluarkan oleh Malaysia pada tahun 1962-1975 menunjukkan Pedra Branca adalah wilayah Singapura.

Horsburgh Lighthouse. Foto oleh Con Foley.
Maka dari itu Mahkamah Internasional memutuskan wilayah Pedra Branca adalah wilayah kedaulatan Singapura dengan 12 suara setuju melawan 4 suara.
Kasus yang diangkat dalam pengumuman lomba #10DaysforASEAN hari ketujuh tertulis: "... Namun dua pulau lagi masih terkatung-katung penyelesaiannya dan penyerahan Pedra Branca itu, kurang diterima oleh Masyarakat Malaysia sehingga kerap terjadi perselisihan antar masyarakat."
Namun bukan dua melainkan satu karena Middle Rocks (Batuan Tengah) ditetapkan wilayah Malaysia dilihat dari sejarahnya. Dengan 15 suara setuju melawan 1 suara. Sedang yang terkatung-katung adalah South Ledge karena pengadilan memutuskan pulau itu dimiliki oleh negara yang wilayah maritimnya mencakup South Ledge. Kenapa? Karena South Ledge hanya muncul ketika sedang gelombang rendah.

Untuk menentukan kepemilikan South Ledge, Singapura dan Malaysia membentuk Joint Technical Committee. Mereka menyetujui bahwa nelayan kedua negara tersebut berhak mengambil ikan di sekitar tiga pulau itu namun harus di luar 0,9 kilometer dari ketiga pulau itu.


Kaitan dengan ASEAN Community 2015

Keputusan akan kepemilikan Pedra Branca, Middle Rocks, dan South Ledge aku rasa tidak akan berpengaruh dalam ASEAN Community 2015. Mengapa? Bahkan Menteri Luar Negeri Malaysia Rais Yatim mengatakan bahwa putusan tersebut adalah win-win solution karena keduanya mendapatkan masing-masing kedaulatan satu pulau. Sedangkan Deputi Perdana Menteri Singapura saat itu S. Jayakumar mengatakan Singapura gembira dengan keputusan itu. Hal tersebut tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral antara keduanya karena sengketa diselesaikan dengan damai.

Tapi... misal, ada sengketa semacam 'rebutan wilayah' seperti ini lagi setelah ASEAN Community 2015, andai tidak bisa diselesaikan secara bilateral, mungkin bisa diselesaikan dalam forum ASEAN dahulu tanpa melibatkan pihak ketiga seperti PBB dan Mahkamah Internasional. Seorang wartawan dari Thailand Sujane Kanparit menyebutnya 'A Mediator Called ASEAN'. Ketika negosiasi bilateral maupun tingkat ASEAN tidak berhasil barulah dibawa menuju Mahkamah Internasional.

Tapi lagi, semoga mendatang tidak ada sengketa semacam ini lagi.


Note dan referensi:
❤ Judul postingan ini diambil dari tulisan Sujane Kanparit, A Mediator Named ASEAN: Lessons from Preah Vihear.
❤ Link foto ada di caption foto.
ASEAN INTEGRATION THROUGH LAW CONCLUDING PLENARY
Pulau Separo Lapangan Bola - Suara Merdeka 24 Mei 2008
Sovereignty over Pedra Branca/Pulau Batu Puteh, Middle Rocks and South Ledge

7 komentar untuk "Sebuah Mediator Bernama ASEAN"

  1. ulasanmu sungguh Na.. sungguh sungguh..

    koe belajar berapa jam?

    akune sing gak roh ding..

    paling gak suka baca sejarah..

    pokoke Una menaaaaaaaaaaaaaaaaaaang

    BalasHapus
  2. Win-win solusion untuk sengketa di wilayah ASEAN seharusnya memberikan sebuah keputusan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak, dan tidak terjadinya suatu pengklaiman pulau atau yang menjual dan meneriam pulau di suatu negara ASEAN kepada pihak-pihak negaa persekutuan ini. hal ini akan menyebabkan hubungan negara-negara ASEAN akan berjalan harmonis dan saling membahu. Siapapun tidak akan pernah rela bila suatu daerah negaranya diakui oleh negara lain, atau di serobot Dan hal ini pernah terjadi kepada Indonesia.

    BIla semua negara ASEAN, PBB dan Makamah Internasional mengacu kepada sejarah, apakah mereka semua juga mau mengakui sejrah tentag negara Nusantara yang di Klaim oleh kerajaan Majapahit sebelum mereka semua terbentuk ? Justru kalau mengacu ke situ wilayah indonesia akan lebih luas dari yang sekarang. He,,,, he,,,, he,,,,,

    Selamat Una
    Sukses ya !

    Salam wisata

    BalasHapus
  3. Kalau indonesia masih ada gak ya na klaim klaim pulau gini¿

    BalasHapus
  4. waduh berat bgt temane na.. mslh kek gini aku ra mudeng.. hihii
    keren deh Una.. Smoga menang yaa... ^^

    BalasHapus
  5. besok pelajaran apa lagi Bu Guru?

    BalasHapus
  6. sama,aku kira juga aman2 singapur ternyata hehehe....itu pulau deket pulau bintan batam,kapan2 jalanlah ke pulau bintan Batam keren na :D *jangan2 udah sering kesana hihihi

    BalasHapus