Bebas
Kali ini aku mau ngomongin orang deh.
Bentar, emang kapan ngga ngomongin orang? 👀
Belum lama ini, aku perpanjang paspor di Kedutaan Besar Amerika Serikat. Ya kali. 😞 Di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di kota sebelah. Hari itu hanya ada beberapa orang yang mengurus dokumen. Entah biasanya hanya sedikit atau karena lagi korona sehingga untuk pendaftaran paspor atau pengurusan dokumen lain diharuskan untuk booking dulu.
Seingatku hanya ada satu keluarga dengan dua anak bayi, satu mas-mas dari Deli Serdang (tahu soalnya waktu petugasnya mau konfirmasi di mana alamat dia, kedengeran), aku, dan dua orang yang aku taksir adalah pasangan. Yang laki-laki orang Jepang tapi yang perempuan orang Indonesia.
Setelah selesai mengurus semuanya, aku diminta untuk mengisi angket mengenai kualitas layanan KJRI. Saat aku mengurus si mbak dari 'pasangan' itu terlihat kebingungan dan aku pun membantunya. Anyway busway, ternyata yang laki-laki itu anaknya. 😂 Mbaknya ini terlihat muda dan anaknya sudah besar sekali. Omaiga~ emang yang what you see what you think itu belum tentu benar.
Sempet ngobrol sebentar dan dari percakapan itu ia bercerita kalau tiap hari selalu bekerja di tokonya, tidak punya hape, dan tidak pernah keluar rumah karena tidak dibolehkan oleh suaminya.
Kesan yang aku dapat sih, wih kasian banget. Masa jaman sekarang ngga punya hape sih, kalau butuh telepon gimana. Masa keluar rumah ngga dibolehin sama suaminya. Ih ngga bebas banget hidupnya. Itu kesan pertamaku ya.
Kemudian kami janjian untuk bertemu lagi.
Hari itu kamu mengobrol lebih banyak dan aku bisa meluapkan kekepoanku: bagaimana awal ketemu suaminya. 😂 Tapi aku ngga mau membahas itu. Cuma sejak ketemu lagi, kesan pertamaku jadi berubah.
Mbaknya punya suami yang 20 tahun lebih tua tapi anaknya dilahirkan pada umur 17 tahun. Bayangin aja jarak ke suami lebih jauh dari ke anak. Udah kayak suaminya punya anak dua aja.
Mbaknya lebih banyak bercerita tentang suaminya. Suaminya adalah orang yang sedikit berbeda dengan orang Jepang kebanyakan. Banyak orang Jepang yang bekerja pada satu perusahaan selama hidupnya tapi suaminya lebih memilih berhenti bekerja dan menyetrika di usaha laundry bajunya. Selain itu, mereka juga punya usaha menyewakan kos-kosan (apato). Lebih bebas katanya, tidak terikat aturan.
Hobinya adalah olahraga, tiap hari mereka hiking berdua ke bukit dekat dari rumah, dan suaminya suka mengendarai motor besar. Mbaknya cerita kalau rumahnya itu tidak ada isinya, tidak punya barang, tidak punya banyak furnitur, karena suami tidak suka punya barang. Udah kayak Marie Kondo deh. Alasan suaminya nanti kalau pindah rumah ribet. Padahal selama 20 tahun lebih tidak pernah pindah rumah. 😂
Mereka juga mengurangi kumpul-kumpul ramai dengan orang, tidak menikmati nomikai (kumpul minum-minum setelah kerja), dan agak 'malas' berurusan dengan orang. Malas yang aku tangkap bukan yang gimana gitu sih, cuma malas aja kalau ada friksi jadi mending ngga usah urusan saja. Sama tetangga pun juga ngga begitu akrab. Cuma suaminya orangnya helpful dan friendly banget kalau ada orang yang dikenal butuh bantuan.
Emang sih di Jepang tuh hubungan antar manusia itu ribet-ribet gimana. Ada nenek-nenek kaget trus heart attack gara-gara ada anjing gonggong trus yang punya anjing yang harus menanggung biaya si nenek dong. 😏 Ribet banget punya anjing. Sori, intermezzo.
Setelah mendengar cerita mbaknya, somehow kesan pertamaku berubah. Justru menurutku, suaminya ini adalah orang yang 'bebas'. Ngga mau terikat, ngga mau ribet. Jadi bisa memahami kenapa tidak mengizinkan istrinya punya telepon genggam karena ya, beli hape di Jepang itu kontraknya ribet! Mending ngga usah! Toh lagian istrinya ngga punya hape tapi punya iPad, hehehe. Dan ngga perlu-perlu amat punya hape.
Aku juga kalau ngga perlu beli nomor hape Jepang, ngga beli kali. Kontrak beli SIM card (sewa rumah, beli hape, pasang wi-fi, dan lain-lain!) di Jepang itu bikin pusing.
Emang bener sih, yang kukira awalnya kaya ngga bebas banget jadi orang, setelah aku dengar pembicaraannya malah hmm bebas banget ya hidupnya. Dengen kehidupan Jepang yang strict gini, aku wow sih. Emang, hidup orang ngga ada yang tahu lah ya.
Aku jadi pengen gak punya hape. hahahaha
BalasHapusKayaknya seru ngga punya hape, hahaha.
HapusAku gk pny hp, pake hp suami. Krn mubazir amat pny hp lg selama suami wfh gini, wkwkwk. Aku salut sm suaminya itu, lbh suka nyetrika ya, ketimbang kerja yg keliatan keren, hmmm. Kalau di Indonesia kebayang gak sih diomongin tetangga, wkwkwk
BalasHapusAku pun kaget banget. Mikirnya paling engga kan bayar orang gitu buat ngerjain bisnisnya.
Hapus