Ngomongin Budaya Sasak, Yuk!
Diambil di Pantai Mawun, Lombok. Cantik ya warna lautnya... |
Saya sebagai orang Jawa, jujur saja tak banyak mengenai budaya Jawa yang saya pahami. Sebut saja soal Batik. Motif selain parang dan kawung, saya sudah tak mengenalinya. Belum soal yang lainnya. Belum budaya suku-suku lain di Indonesia. Ya, memang Indonesia itu benar-benar kaya soal budaya.
Beberapa waktu lalu, kami pergi ke pulau sebelah timur Pulau Bali: Lombok. Kesempatan itu, adalah kali kedua saya mengunjungi Pulau Seribu Masjid tersebut. Di kesempatan pertama, saya jadi mengetahui beberapa hal terkait budaya Sasak, suku masyarakat yang tinggal di Pulau Lombok, seperti merariq, tradisi pernikahan dengan ‘mencuri’ calon pengantin wanita. Di kesempatan kedua, ada yang baru saya tahu, beberapanya, tiga hal di bawah ini.
Nyongkolan
Setelah tiba di Lombok, ketika menuju ke hotel, guide kami, Pak Adi, bercerita tentang Nyongkolan. Nyongkolan merupakan tradisi dalam rangkaian acara pernikahan dalam bentuk arak-arakan kedua mempelai dari kampung mempelai pria ke kampung mempelai wanita. Rombongan arak-arakan terdiri dari pasangan pengantin, dan keluarga lengkap dengan pakaian pengantin dan adat. Arak-arakan diiringi dengan musik tradisional seperti Kecimol dan Gendeng Beleq.
Tak lama setelah Pak Adi bercerita, ada arak-arakan Nyongkolan yang berjalan lawan arah dengan bus kami. Jalan yang hanya dua lajur pun menjadi macet sehingga petugas keamanan mengawal arak-arakan supaya para rombongan berjalan tidak melebihi satu jalur. Oya, kami pun turun dan ikut serta dalam keramaian arak-arakan Nyongkolan. Ikutan hepi deh rasanya!
Mungkin teman-teman yang berlibur ke Pulau Lombok, barangkali beruntung bisa bertemu arak-arakan Nyongkolan di jalan lho!
Gelar-Gelar Masyarakat Sasak
Teman saya yang berasal dari Lombok, ada yang memiliki nama depan ‘Lalu’ ada juga ‘Baiq’. Seingat saya, mereka bilang itu merupakan gelar bangsawan dalam Suku Sasak. Saya kira hanya itu saja, namun ternyata terdapat beberapa yang lainnya.
Menurut Pak Adi, dalam masyarakat Sasak, gelar tertinggi yang digunakan untuk bangsawan adalah Raden untuk laki-laki, dan Lale untuk wanitanya. Setingkat di bawahnya terdapat kaum pembantu raja yang memiliki gelar Lalu, untuk pria dan Baiq, bagi para wanitanya. Di bawahnya lagi terdapat kaum Bapak, yaitu kaum biasa yang telah pergi ke Mekkah (pergi haji). Yang paling bawah adalah kaum Amak, atau biasa disebut dengan jajar karang, yang berarti sejajar dengan karang, alias rendah, atau golongan masyarakat kebanyakan.
Rumah Tradisional Sasak (Bale Tani)
Di Lombok, kami berkunjung ke desa tradisional Sasak, Desa Sade. Di desa ini terdapat 700 penduduk, 150 rumah, yang kesemuanya masih memilki hubungan saudara. Ada beberapa jenis ‘bale’, dan rumah tinggal para penduduk disebut dengan Bale Tani, yaitu rumah bagi para petani.
Bale Tani terdiri dari dua ruang utama, Sesangkok atau serambi bagian depan yang digunakan untuk kamar tidur dan tempat menerima tamu, dan Bale Dalam, yang didalamnya dibagi menjadi Dalem Bale yang digunakan untuk tempat melahirkan dan kamar gadis, serta Pawon yaitu dapur untuk memasak. Dalem Bale terletak lebih atas dari Sesangkok, sehingga terdapat beberapa buah anak tangga untuk mencapainya.
Dinding Bale Tani terbuat dari anyaman bambu dan atapnya dibuat dari alang-alang yang diganti tiap 7-8 tahun sekali. Sementara itu, lantainya dibuat dari campuran tanah liat, jerami, getah pohon, dan kotoran kerbau. Tak hanya itu, untuk ‘mengepel’-nya juga menggunakan kotoran kerbau untuk menjaga dan melapisi lantai supaya nggak retak. Pengen deh liat pas ngepelnya… hihihi.
Demikianlah~ sebagian kecil dari lingkup budaya masyarakat Sasak. Buat temen-temen yang tahu lainnya atau mau share tradisi unik di budayamu, ceritain dong di komen!
❤❤❤
Untuk informasi lebih lanjut mengenai pariwisata Lombok dan sekitarnya, sila buka halaman web Indonesia.Travel dari Kementerian Pariwisata.
Belum pernah ke Lombok. tapi suamiku pernah itu pun cuma pas PIMNAS :D
BalasHapusWih suamimu mahasiswa berprestasi yakkk
Hapuspengen meranaa
BalasHapusCusss cabut
Hapusngepelnya pake kotoran kerbau ?? menarik
BalasHapusHo oh sana bantuin ngepel Mas :p
Hapusaku nyari-nyari foto Una di rombongan wanita berseragam merah kok gak ada ya :-D
BalasHapusAku di belakang yang maen gendang wkwk
Hapusbudaya jawa semua orang udah tau ah, Una juga hihi
BalasHapusAku gatau :p
HapusKalau di pontianak grlar kebangsaannya syarif syarifah. Disingkat sy. Dan syf. Nama belakangnya juga ada embel embel tingkatannya. Yang paling tinggi alkadrie seperti sy. Moh. Alkadrie pendiri kota pontianak
BalasHapusDisetiap kabupaten banyak Lagi. Ada dayang di kapuas hulu untuk perempuan. Abang untuk laki laki. Ada juga gusti untuk darrha ketapang.
Kalau mau ke rumah adat aslinya musti ke dalam hutan rimba! Aku aja belom pernah. Hahahahaha