Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Pertama Puasa di Kyoto

Persis sebelum Ramadan mulai, di Jepang ada liburan panjang yang disebut dengan Golden Week. Tahun ini liburannya 10 hari, dan liburku 13 hari karena pas nggak ada sebelum libur dan sesudah libur.

Dan aku yang ngga punya kerjaan cuma gegoleran di rumah sambil nonton Youtube.Tapi sempat tiga hari aku menemani teman ibuku buat jalan-jalan keliling Osaka dan Kyoto. Teman ibuku ini umurnya sudah 65 tahun dan sudah tidak terlalu kuat untuk jalan kaki. Padahal kalau di Jepang mah adanya jalan kaki mulu. Mau naik taksi? Mahal banget~ Si tante ini baik banget, aku ditraktir makan Kobe beef dong.Selama menemani tante, dibayarin makannya semua. Sama pulangnya dikasih uang saku, lol. Seneng banget wong ngga ngarep apa-apa, ngga nganggep ‘kerja’ gitu…

Ditraktir Kobe Beef sama si tante.

Okay~ dan kemudian setelah Golden Week berakhir, Ramadan pun datang…

Sekarang sudah puasa hari ke-11, nggak berasa ! Gimana puasanya? Nggak bolong-bolong kan?
Kalau aku jangan tanya lah, hahaha…

Tahun ini, buat aku suasana puasa sangat berbeda dibanding tahun lalu. Ramadan tahun lalu aku menghabiskannya di Australia. Itu pun dalam sebulan tidak hanya di satu kota. Aku sempat pindah dari Pinnaroo (South Australia), kemudian ke Melbourne, lalu terbang ke Brisbane, dan akhirnya sampai di Gatton (Queensland). Shalat Idul Fitri aku lakukan di Gatton. Oh ya, saat itu sedang musim dingin. Meskipun di daerah Gatton, musim dinginnya tidak sampai yang bersalju-salju, tapi suhu sempat minus saat malam dan pagi hari. Karena musim dingin, siang harinya tidak terlalu panjang sehingga waktu puasanya lebih pendek. Puasa sekitar 12.5-13 jam, dan enak banget karena jam lima pagi berangkat kerja, pulang kerja, nggak perlu nunggu lama buka deh! Nggak berasa.

Nah, sedangkan Ramadan tahun ini, aku tinggal di Jepang, tepatnya di Kyoto. Kali ini bukan pengalaman pertamaku puasa di Jepang, karena empat tahun lalu aku pernah tinggal di Jepang, tapi untuk di Kyoto, baru kali ini. Secara hitungan sih sekarang masih musim semi, tapi suhu maksimal sudah sekitar 26-29, dan buat aku itu panas banget. Maaf aku anaknya manja, nggak kuat panas. Siangnya pun lumayan panjang. Jadwal shalat subuh sekitar pukul 3-an, dan buka puasa pukul 7 malam. Enam belas jam puasanya!

Sungai Kamogawa di dekat rumah.

Tapi yaaa biasa aja sih. Nggak menderita-menderita amat. Masih ada tempat lain yang puasanya lebih dari enam belas jam. Alhamdulillah, kuat kuat aja… tapi kadang kalau ada presentasi, setelah itu jadi haus, hahaha. Mana aku juga ada kelas malam, jadi pas buka suka minum di kelas (yang padahal di laboratorium komputer nggak boleh minum, males keluar).

Temen-temen pasti udah ngerencanain mudik lebaran 2019. Aku boro-boro~ pas mendekati Idul Fitri malah kayaknya bakal banyak peer. Untungnya pas lebaran, aku nggak ada kelas pagi, jadi aku bisa shalat Idul Fitri dulu. *nyari makanan*

Di sini aku ngga punya teman yang puasa… lebih tepatnya nggak punya teman sih, LOL. Tapi ada satu guruku di kampus yang puasa dong. Senseiku satu ini perempuan asal Malaysia yang kayaknya umurnya beda sebulan doang sama aku tapi dia udah lulus PhD aja dong.Beliau juga puasa! Jadi berasa ada ‘temennya’.

Somehow, aku pengen makan opor ama rendang deh…

4 komentar untuk "Pengalaman Pertama Puasa di Kyoto"

  1. Sensei mu itu sejenis Zilko kali ya yang muda banget udah PhD aja ((SEJENIS)) Hahaha

    BalasHapus
  2. Enak juga puasa di Australia ya. Udaranya dingin dan nggak pake lama banget buka puasanya. Cuma pas Idu Fitri berasa nggak sih kalau nggak bisa pulang?

    BalasHapus
  3. Sesekali ajak teman-teman jipun buka bersama. Kira2 bagaimana kesan mereka : )

    BalasHapus