Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cash is (still) the best (in Japan)

Urusan perbankan dan perduitan, menurutku Jepang cukup tertinggal dibanding negara maju lainnya. Kalau di Cina, bahkan kamu dengan mudah bayar pakai QR code di pasar tradisional atau seperti di Australia, mau di toko di dekat gurun pun bisa bayar pakai debit card dengan one tap, di Jepang?

Hampir semua ATM tidak 24 jam, kalau pun 24 jam ada biaya yang tidak murah untuk mengambil uang tunai. Misalnya nih, aku punya akun bank di bank kantor pos Jepang (JP Bank). Kalau aku menarik tunai di ATM JP Bank ya tidak dikenakan biaya apa-apa. ATM JP Bank ada di seluruh kantor pos yang ada di Jepang. Kalau kantor posnya kecil, ATM hanya buka Senin-Jumat sekitar pukul 09.00-17.00 dan Sabtu hanya sampai pukul 12.30. Ini di kantor pos kecil sekitar rumahku ya, mungkin bisa beda di prefektur lain. Kalau hari Minggu butuh uang tunai tapi nggak mau kena biaya ya harus pergi ke kantor pos besar, yang alhamdulillah tidak jauh dari rumah. Opsi lain pergi ke ATM JP Bank yang terinstal di beberapa Family Mart.

ATM di kantor pos utama di Kyoto City pun tidak 24 jam, melainkan buka dari 00:05 - 23:55, jadi dalam sehari tutup 10 menit. Internet banking pun punya jam akses yang sama. Awalnya aku pikir ah becanda kali ya, tahunya beneran 😂 Sempat aku mau transfer ke toko Indonesia jam 12 malam, eh benar tidak bisa akses webnya dan harus menunggu sampai pukul 00:05. 

ATM di convenience store semua 24 jam, tapi ada biaya transaksi. Biayanya pun tergantung waktu kita melakukan transaksi. Misalnya, aku pakai kartu ATM JP Bank mau menarik tunai di ATM Seven Bank di Seven Eleven. Kalau aku tarik tunai saat hari kerja dan kerja (09.00-17.00), biaya yang dikenakan sebesar 110 yen atau sekitar 14000 rupiah. Kalau aku ambil uang di jam delapan malam atau hari minggu, biaya yang dikenakan dua kali lipatnya 220 yen atau sekitar 28000 rupiah. Kalau cuma mau ambil 1000 yen trus biayanya 220 yen kan gimana ya 😓 Beberapa teman sih nggak terlalu peduli soal biaya yang 'cuma' 110 atau 220 yen ini, tapi bagi aku yang belum kaya kok rasanya berat ya.

Sudah gitu, kartu ATM bank di Jepang biasanya hanya bisa digunakan buat tarik tunai saja (atau transaksi lain di ATM). Bukan kartu debit yang bisa dipakai belanja. Jadi kalau mau bikin Visa atau Mastercard Debit Card, harus apply lagi kartu lain. 😖 Bisa tarik tunai pakai kartu debit itu, tapi dikenakan biaya juga meski digunakan di ATM bank yang sama. Au ah lap, capek.

Baru belakangan ini di Jepang mulai digalakkan penggunaan cashless payment. Kalau e-money atau kartu kredit dari dulu sudah digunakan, tapi setahun dua tahun belakangan mulai muncul banyak QR code/barcode cashless payment. Sebut saja Paypay, Line Pay, AU pay, FamiPay, banyak lah. Untuk mengajak orang menggunakan pembayaran non-tunai, pemerintah Jepang banyak melakukan promosi kayak dari Oktober 2019 sampai Juni 2020 kalau bayar non-tunai bisa dapat cashback 2%. Sekarang pun kalau menghubungkan kartu My Number (semacam KTP) dan salah satu pembayaran non-tunai yang digunakan bisa dapat cashback 25% maksimal 5000 yen. 

Cashless payment memang bisa dibilang telat di Jepang, tapi apakah itu hal yang buruk? Nggak tahu, mungkin pembayaran pakai uang tunai lebih baik. Data kita belanja apa ngga tercatat di sistem, hidup kita nggak terlalu 'dikontrol' sama pemerintah atau siapa kek yang mau memakai data kita. Contohnya saja ya, aku pakai e-money bernama ICOCA yang diterbitkan oleh perusahaan kereta, JR West Japan. Di mesin pembelian tiket, dengan ICOCA aku bisa lihat history aku pergi dari stasiun mana dan turun di stasiun mana saja. Kadang-kadang aku lihat nama stasiun yang sampai aku lupa kalau aku pernah ke sana. Ini baru data stasiun yang pernah diinjak, bagaimana kalau pakai cashless payment yang terhubung ke kartu kredit atau akun bank kita misalnya, trus terhubung lagi ke kartu My Number. Seperti di dunia ini sudah tidak ada privasi~ yang benar-benar privasi.

Anyway, aku sempat mencoba Paypay dan menurutku sangat praktis. Untuk men-charge Paypay, aku tinggal menghubungkan akun Paypay-ku dan akun bankku, dan aku bisa charge Paypay dalam hitungan detik di telepon pintarku (yang kelewat pintar makanya aku takut dan sekarang aku mencoba mengurangi penggunaannya). Aku sempat berpikir, uh wow~ urusan pembayaran di Jepang tidak pernah semudah ini. Apalagi Paypay ini bisa digunakan di hampir semua tempat. Tapi beberapa waktu lalu, layanan charge Paypay dengan akun bank yang kupakai tidak tersedia lagi. 😓 Sepertinya alasan security karena mudah banget charge-nya tinggal sekali klik langsung didebit dari akun bank. Sekarang aku tidak lagi menggunakan Paypay.

Kemarin aku usai membeli blender. Ketika aku mau membayar dengan kartu debit, ditolak dong. Setelah aku cek e-mail ternyata karena melewati limit. Jadi tuh, supaya irit, aku mengatur limit penggunakan kartuku dalam sekali penggunaan maksimal 10000 yen dan harga blendernya 10747 yen. Enaknya kartu debit yang aku gunakan ini, aku bisa mengatur limit-nya via aplikasi atau web. Saat itu aku buka aplikasinya dan 'tidak bisa terhubung dengan server'. Aku pun bingung dan bertanya-tanya kenapa ini harus terjadi di saat aku ingin membeli blender impianku. Aku segera mencari ATM dan tada~ ternyata aku tidak bawa kartu ATM -yang kok ya kemarinnya aku taruh di tempat lain yang padahal biasanya tidak pernah.

Aku memutuskan untuk pergi ke kantor pos besar untuk mengambil uang tunai dengan debit card-ku, ternyata tidak bisa dan slipnya mengatakan 'kartu tidak terafiliasi'. WHAT! Aku cek web ternyata webnya sedang di-suspend. Aku bertanya kepada staf bank bagaimana cara aku menaikkan limit debit card-ku karena aplikasi dan web tidak bisa diakses. Setelah menunggu lama, aku mendapat jawaban: harap telepon ke nomor ini untuk mengubah limit penggunaan. Aku bertanya kenapa aplikasi dan web tidak bisa diakses, kata stafnya karena terjadi banyak penipuan dan penyelewengan dan masalah keamanan sehingga sementara di-suspend.

Aku yang malas menelepon call center (karena biasanya tidak paham 😂) memilih untuk pulang, mengambil kartu ATM dan membayar blender dengan uang tunai.

Tahun lalu juga ada kasus 7-Pay, cashless payment-nya Seven Eleven yang baru sehari rilis sudah ada kasus peretesan dan akhirnya layanannya dihentikan tak berapa lama kemudian. Kurang paham, yang katanya Jepang tuh nomor satu teknologinya tapi seperti tidak siap dengan cashless payment. Ah tapi ngga tahu lah, buat aku sekarang kayaknya cash emang masih yang terbaik.

4 komentar untuk "Cash is (still) the best (in Japan)"

  1. Teringat waktu antre di supermarket di daerah Semarang, di depanku ada ibu2 yang ngamuk2 karena server untuk pembayaran cashless error. Padahal si ibu nggak bawa cash sama sekali >_< memang tetap harus sedia uang cash

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa masih harus jaga-jaga bawa cash ya. Stepii blogmu apa sih? Ngga ada linknya di profile...

      Hapus
  2. Oalah...ternyata urusan beginian masih lebih praktis di Indonesia ya ��

    BalasHapus