Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menaksir Tingkat Kesetiaan Customer dari Cara Belanja

Ah panjang amat judulnya.

Maksud aku bukan tingkat kesetiaan customer buat belanja di toko kita. Tapi kesetiaan sama pasangannya. Maksudnya?

Dari pengamatanku selama bekerja di minimarket, mungkin aku bisa menebak bagaimana tingkat kesetiaan si customer terhadap pasangannya. Terutama dari pembelian rokok sih. Ini pendapatku ya, sok tahu aja.

Setiap minggu, aku bekerja tiga kali di minimarket di dalam Stasiun Kyoto. Aku selalu bekerja shift pagi hari kerja dari pukul enam sampai sembilan lebih lima menit (detil kan), yang mana rentang waktu itu adalah rentang waktu paling sibuk stasiun. Orang yang pergi ke kantor kebanyakan pergi dalam waktu yang hampir bersamaan, tapi kalau pulang ada yang agak sore ada yang malaman 'kan? Lembur atau minum-minum dulu, misalnya. Makanya, shift sore atau malam tidak sesibuk shift pagi.

Minimarket buka mulai pukul setengah tujuh pagi. Selama satu shift, sampai jam sembilan itu, kalau aku yang bertugas standby di kasir, aku bisa melayani lebih dari 250 customer dalam dua setengah jam. Bayangkan, aku berhadapan dengan hampir dua customer per menitnya. Bisa dibilang lebih dari 70% adalah regular customer yang datang tiap hari. Beberapa aku sudah hafal, tanpa customer menyebut apa-apa, aku sudah tahu rokok apa yang mau dibeli dan jenis pembayaran apa yang dipakai.

Minimarket kan menjual rokok ya dan jenis rokoknya lebih dari 220 jenis. Yang ada slot raknya hanya sampai 205 atau 206 kalau ngga salah, belum rokok jenis lain yang tidak punya rak. Jadi dipajang di tempat seadanya. Selain yang tidak ada tempat di rak, semuanya ada nomornya, jadi customer hanya tinggal menyebut nomor rokok yang mau dibeli. Tapi kadang ada customer yang penglihatannya kurang baik atau nomornya ketutupan staf atau malas lihat nomor aja, ya mereka menyebutkan merek sekaligus tipe rokoknya. Pusing lah tuh kalau belum apal 😞

Jenis pembayaran yang bisa digunakan pun sangat beragam. Tentu saja uang tunai, kartu debit/kredit JCB, Visa, MasterCard, IC card semacam Suica, Icoca, Manaca, apa lah, dan pembayaran pakai barcode apps smartphone seperti PayPay, WeChat Pay, Rakuten Pay, banyak lah. Oh ya, Seven-Eleven juga punya e-money-nya sendiri, namanya Nanaco. Kalau menyapa customer, staf diwajibkan bertanya, "Apakah Anda punya Nanaco?"

Tapi aku kalau nggak ada wakil store manager-nya aku ngga pernah nanya. Capek ah mulutnyaaa 😂 Langsung aja, ngga pakai basa-basi, "Mau pakai kantong plastik ngga?" Itu pun karena dari awal Juli kantong plastik mulai bayar di Jepang. Sebelumnya juga langsung bilang, "Totalnya... sekian yen." Customer-nya 'kan buru-buru mau ke kantor, ngapain nanya macem-macem. Ya ngga? 😂

Btw, ada customer seorang bapak-bapak yang aku love banget lah. Ramah banget, selalu menyapa 'selamat pagi'. Customer satu ini selalu datang di waktu yang sama tiap harinya, dan selalu membeli satu botol air putih dan dua onigiri. Hampir tidak pernah beli yang lain. Itu pun jenis onigirinya selalu sama tiap hari bayangkan! Pernah sesekali ganti jenis onigiri, tapi tetap belinya dua biji. Total belanjaan hampir selalu 383 yen kecuali kalau pas beli jenis onigiri lain. Aku kayaknya ngga perlu lihat mesin kasir, udah tahu ini bapak habis berapa belanjanya.

Udah gitu bapak-bapak ini sugar daddy-able banget. Kalau dari liat penampilan sih. Aku sama teman kerjaku (laki-laki) kalau ngomongin bapak ini tuh nyebutnya 'papa'. Tapi lihat dari belanjanya dia, kayaknya dia tipe yang setia. 😌  Sotoy.

Contoh lainnya dari pembelian rokok ya.

Kebanyakan dari customer minimarket-ku selalu membeli rokok jenis yang sama setiap harinya. Jadi kalau kita sudah hafal sama customer-nya, kita otomatis hafal sama rokok yang bakal dibeli. Kemungkinan besar sih, customer-customer ini tipe yang setia juga.

Aku kan kerja di dua minimarket ya. Di minimarket satunya, ada customer yang cukup lumayan akrab sama aku, jadi aku sudah hafal rokok yang dibeli biasanya yang nomor satu. Dia selalu membeli rokok itu sampai suatu hari dia ganti rokok yang ada di rak nomor sebelas.

"Eh ganti?"

Mungkin dia tipe yang setia tapi bosan jadi cari yang baru. Sampai sekarang masih membeli rokok nomor sebelas, belum ganti juga.

Ada customer yang beli rokok selalu ganti. Dan gantinya tuh ke merek atau jenis yang berbeda, dari yang rokok biasa ke rokok elektrik, nanti ganti lagi ke rokok biasa. Ini sih bisa dipastikan orangnya tidak setia. (Dipastikan dipastikan... siapa gue? 😂) Dan temanku pernah nguping orang ini lagi bahas tentang cewek ke temennya. 😂

Ada juga beberapa customer yang selalu membeli dua rokok, jenisnya sama, hanya beda rasa. Kemungkinan sih orang ini tipe kalau pacaran pacarnya sekaligus dua. 😜  Ngarang lagi...

Kalau di minimarket di stasiun sih kebanyakan orang beli rokok hanya satu, dua kotak. Tapi kalau di minimarket yang satunya, ngga sedikit orang yang beli satu karton --yang kenyataannya sekarang sudah ngga pakai karton melainkan pakai plastik tapi tetap saja kita bilangnya 'wan kaaton' alias 'one carton'. Ini tipe-tipe setia dan love banget kali ya. Soalnya itu customer juga datang ke minimarket tiap hari, meskipun beli rokoknya ngga tiap hari.

Aku punya teman, rokoknya Mevius 1 mg yang harganya 490 yen. Aku ingat sampai-sampai waktu dia ulang tahun aku memberikan kado rokok yang biasa dia konsumsi. Setelah lama ngga ketemu, beberapa hari lalu dia main ke rumah, dia ganti rokok merek Camel. Aku tanya kenapa, soalnya dia nggak punya uang, dan Camel harganya cuma 400 yen, lumayan irit 90 yen. Ini sih ngga tahu setia apa engga, yang jelas temenku ini customer tipe yang kere. 😂

Ah tapi ngga valid sih. Ada regular customer yang tiap hari beli rokok yang sama tapi sukanya ngajak nge-date orang dan isunya sih punya istri... ah au ah. 😂 Sukaknya ngrasani orang mulu aja ih.

4 komentar untuk "Menaksir Tingkat Kesetiaan Customer dari Cara Belanja"

  1. Una

    Apa kabar?
    Lagi apa?
    Dengan siapa?
    Semalam berbuat apa?

    Brarti aq tipe setia.
    Atau kurang kreatip juga bisa.h

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rivai

      Sama kamu kan,
      jadi kamu tahu kan kita semalam berbuat apa.

      Perasaan kamu tiap minggu ngedatenya ganti-ganti deh.

      Hapus
  2. Ya ampuuuun, seru banget. Wih, customer yang kamu layani banyak juga ya. Berarti bisnis ini memang banyak uangnya. Hampir tiap hari ketemu pembeli yang sama di jam yang sama. Hmm, teratur banget ya di sana.

    Aku jarang banget liatin bagian rokok karena nggak merokok. Hahaha, analisa yang cukup unik. Sampai iso dirasani neng blog.😊

    Mungkin customernya juga udah hapal sama kamu, Na. Dan kalau kamu nggak ada, mereka bakal nanya dalam hati,

    Mbak e kae neng ndi to? Pindah kerjo po piye? Opo pindah shift yak e yo? Opo malah jek pacaran? 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang di Stasiun Kyoto kayaknya lumayan duitnya, soalnya kan orang pasti ke stasiun. Sales sebulan sih di sekitar 4-5 M kali ya, cuma bayarin orang juga nggak murah, nggak tahu untungnya berapa.

      Emang... apalagi kalau tahu aku dari Indonesia, diajak ngomong tentang Dewi Soekarno mulu, hahaha. Pernah ngga ketemu cuma seminggu aja dikira abis dipecat, wkwkwk.

      Hapus