Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

From ASEAN People For ASEAN Community 2015

Tema Komunitas ASEAN 2015 ini lagi ngehip-ngehipnya. Tak dipungkiri, masih banyak orang yang bahkan belum pernah dengar tentang hal itu, tapi di sisi lain Komunitas ASEAN 2015 banyak pula diperbincangkan orang. Di dalam seminar, di koran, majalah, di dalam kelas kuliah, di pertemuan pemuda, banyak membahasnya. Nggak cuma negara ASEAN aja yang concern dengan Komunitas ASEAN 2015 tapi juga negara lain seperti Jepang, Cina, Korea (ASEAN +3), dan negara-negara di forum regional lain.

Negara-negara lain tadi tentu saja 'kan partner negara anggota ASEAN dalam hubungan bilateral, regional, bidang perdagangan, kebudayaan, dan bidang lain. Utamanya adalah masalah perdagangan. Kenapa? Karena Komunitas ASEAN 2015 melalui pilar ASEAN Economic Community (AEC) adalah pintu pasar bebasnya ASEAN. Kita negara anggota ASEAN (selanjutnya kusebut dengan AMS, ASEAN member states) bakal terintegrasi menjadi satu, di mana ASEAN menjadi single market dan barang dan jasa bebas berlalu lalang di antara kita.


Yang paling ngehip lagi nih, pertanyaan dan isu seperti ini:
"Gimana nantinya kalo Indonesia kebanjiran skilled labor dari AMS lain, gimana nasib penduduk kita?"
atau...
"Kalau flow of goods dan services jadi bebas, nanti bakal banyak cabang rumah makan dari negara lain, trus warung kita dan UKM terancam dong ya nasibnya."
Jujur aja sih ya, pas tahu aspek AEC salah satunya ada free flow of labor, yang aku bayangkan adalah bekerja di Singapura. Kan mata uangnya tinggi serta GDP-nya tinggi. Misal underpaid pun, 'kan masih tinggi. Tapi 'kan nggak semudah itu dan bukan itu masalahnya!

Nah, yang ditakutkan kan kalau banyak skilled labor dari AMS lain masuk ke Indonesia dan mengancam lapangan kerja kita. Katanya, Indonesia tuh punya aturan kalau tenaga luar negeri yang boleh masuk adalah yang expert, yang di negara kita nggak punya keahlian itu atau sedikit. Selain itu, masalah imigrasi kan bikin lumayan susah buat tenaga luar negeri masuk kemari. Even nih, kalau setelah Komunitas ASEAN 2015, benar se-'bebas' itu flow of skilled labor-nya dan kita ketakutan, itu berarti kita mengakui kalau tenaga kita sendirinya kurang ber-skill ya?

People-Centered

Kata salah satu dosenku, ekonomi itu ya harusnya berbasis kerakyatan. People-centered. Ekonomi kerakyatan. Yaitu negara dengan segala upayanya, memproteksi warga negaranya dan nantinya terjadi pemerataan pembangunan. Yang kaya dan yang bukan, kesenjangannya tidak lebar karena semua berhak atas kesejahteraan. Sama seperti Komunitas ASEAN 2015 yang salah satu aspeknya adalah: integrasi ASEAN untuk mengurangi gap pembangunan di antara AMS.

Singapura, negara paling developed di ASEAN.
Hampir semua AMS adalah negara berkembang kecuali Singapura dan Brunei. Indeks Pembangunan Manusia dan pendapatan per kapita Singapura termasuk tinggi di dunia. Brunei, negara kecil ini kaya sekali sehingga kesehatan dan pendidikan pun gratis tis tis. Mereka berkembang terlebih dahulu daripada kita sedangkan gap itu akan diperkecil dalam Komunitas ASEAN 2015. Dan sebagai penduduk, kita juga harus berusaha supaya lebih maju dong dengan inovasi dan kreativitas. Caranya akan aku tulis dalam dua sub, dari sudut pandang sebagai pemuda (youth) dan sebagai pengguna sosial media.

From ASEAN Youths for ASEAN Community 2015

Adanya 'free flow of everything' seakan memaksa kita menjadi manusia yang lebih kompeten supaya berdaya saing lah di dunia penuh persaingan ini. Adanya kompetisi bukan berarti nggak berbasis kerakyatan karena memang sudah alamiahnya manusia berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebagai pemuda, apa yang bisa dilakukan? Sesuai kata Nelson Mandela, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world," kita harus mengenyam pendidikan dan belajar sebanyak-banyaknya. Apalagi, pemuda di sebuah generasi akan menjadi pemimpin dalam generasi berikutnya.

Angkor Wat sebelum matahari terbit.
Berdiskusi dengan pemuda negara lain juga membuka pikiran. Udah gitu, bisa untuk ajang promosi. Misalnya, Kamboja bisa dibilang pembangunannya di bawah Indonesia. Tingkat korupsinya bahkan lebih parah. Tapi temanku dari Kamboja, ia selalu bercerita tentang indahnya negerinya seperti Angkor Wat yang megah contohnya. Sebagai youth, kita share tentang negara kita dalam hal-hal positif. Kita harus cerita kalau negara kita itu keren, banyak pulau indahnya, kaya sejarah dan kebudayaan.

Manfaatkan Impact dari Social Media

Aku bukan orang yang aktif di social media sih, paling aktif cuma di blog aja, tapi siapa yang nggak tahu dahsyatnya efek social media? Apalagi Indonesia ini pasar yang besar, mau dikata pengguna internetnya nggak sampai 30% tapi dengan jumlah penduduknya yang banyak membuat Indonesia menjadi ranking atas dari jumlah pemilik social media. Misal di Twitter, orang Indonesia bahas apa sedikit, jadi trending topic. Pengaruhnya yang besar, so pasti harus kita manfaatkan untuk hal yang baik.

Saat acara Asean Blogger Festival Indonesia 2013 yang diadakan oleh Komunitas Blogger ASEAN, aku duduk di sebelah Mien, seorang blogger dari Vietnam. Ia bercerita sebelumnya ia menulis blog dengan menggunakan Bahasa Vietnam namun beberapa saat ia berpikir, dengan begitu blognya hanya bisa dibaca oleh orang Vietnam. Kemudian ia menggunakan Bahasa Inggris supaya pasarnya lebih luas dan ia bisa mempromosikan negaranya kepada masyarakat dunia.

Indonesia indah sekali kan~
Pengennya sih Bahasa Indonesia tuh bahasa dunia semacam Bahasa Inggris, tapi kan kenyataannya enggak. Jadi nggak ada salahnya 'kan sesekali menulis blog dalam Bahasa Inggris, supaya kita bisa memberitahu betapa indahnya negeri ini.

Siapkah Menghadapi ASEAN Community 2015?
Ngomong + menulis tuh emang lebih gampang sih ya daripada menghadapi langsung. Tapi Komunitas ASEAN 2015 sudah dekat dan mau nggak mau harus siap. Yang penting kita harus belajar terus, meningkatkan daya saing melalui inovasi dan kreativitas, kemudian pasarkan, promote, dan buzz-kan! Because ASEAN is in our hands... ^^

28 komentar untuk "From ASEAN People For ASEAN Community 2015"

  1. indonesia banyak pake social media, sayangnya kurang dipake buat promo ya, na. :( btw, itu foto pantai di makassar yak? :P

    BalasHapus
  2. Kalau ngomongin soal Sosial Media, saya langsung teringat saat mengikuti Workshop di American Corner (AMCOR) Universitas Tanjungpura Pontianak yang dibawakan langsun oleh Prof Mindy MCadams dari Univ Florida USA. Workshop berjudul "Global Journalism and Social Media with professional use of Twitter" tanggal 10 Juli 2012.

    Salah satu penjelasan beliau adalah pemanfaatan media sosial dan Twitter sangat ampuh untuk membentuk opini dunia, dan menarik sebanyak mungkin potential visitor untuk datang ke halaman dan rumah kita.

    Mengenai Bahasa Indonesia, dari berbagai referensi memang tidak menyebut secara jelas Bahasa Indonesia sudah mengarah atau berusaha untuk masuk menjadi salah satu bahasa Internasional yang sudah dikenal dunia. Namun belakangan ini negara negara semacam Australia dan Amerika sudah banyak menggemari Bahasa Indonesia bahkan ada yang belajar secara khusus ke Indonesia untuk mempelajari Bahasa kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah menarik banget workshopnya. Iya om, ampuh sangat lah.
      Iya banyak kok~ bahkan banyak bule yang bisa Bahasa Indonesla gawulll~

      Hapus
  3. sangking kurang baca dan sibuk dengan mengajar (beberapa tahun belakangan) hampir nggak tahu acara beginian,baru tahunya kalo ada asean blogger itu pas lagi ngehits2nya pas acara kmarin itu ^_^...
    wah keren juga temenmu na,kreatif idenya....moga ditiru sama blogger indo ya,sukses buat kamu na :D

    BalasHapus
  4. Artikelnya sangat menarik mbak una, hehe

    kapan ya bisa buat tulisan yang ngeflow kayak gini :D

    memang sudah saatnya ASEAn untuk semakin berkembang, khususnya Indonesia yang memiliki jumlah penduduk paling buanyak di ASEAN

    untuk brunai dan singapura yg memiliki penduduk relatif sedikit, pasti akan lebih mudah untuk menata penduduknya bila dibandingkan dengan Indonesia yg penduduknya seabrek

    tapi dengan penduduk yang banyak, jika semua penduduk mau berkreasi, berkarya dan berkreativitas, akan menjadi sangat mungkin bagi Indonesia untuk melaju pesat seperti bangsa China :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, ngeflow apaan mas hihi.

      Amiiiinnn, Indonesia pasti cepat jadi keren! Ahahaha!

      Hapus
  5. Tergetar Na baca postingan ini. Wish that Indonesia has more like you. Uwoooo.. Mau belajar, jadi citizen of the world dan mau sharing untuk perkembangan bangsa. Salut buat Una dan semoga semakin banyak orang menyadari pentingnya pendidikan dan pengembangan kualitas diri. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangaaaaaan, karena saya cuma nulis doanggg! Actionnya kurang!
      Banyak banget Indonesia punya pemuda yang keren kerennn!

      Hapus
  6. Masya Allah.. artikelnya, banyak istilah 'keren' yang aku gak ngerti.. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga gak ngerti-ngerti amat Syah, hahaha~

      Hapus
    2. Saya malah nda ngerti dari kemarin.
      Diam diam aja soalnya malu hihihihihihihie

      Hapus
  7. Tulisanmu padet mantep Na...
    Wis cucok nek tulisan kayak gini dimuat di majalah atau koran nasional (bahkan ASEAN).
    Canggih pol

    BalasHapus
  8. aku pindah brunei wae deh kalo gitu
    sapa tau bisa jadi mantu sultan

    BalasHapus
  9. Sukses ngontesnya Un, aku mlipir kalo yang beginian. Susah :)

    BalasHapus
  10. Waah keren sekali Na, dirimu memahami sekali soal ini.

    Kalo saya yang gagap English ini, biarlah nulis dalam bahasa Indonesia, untuk menyampaikan kepada orang2 Indonesia yang baca blog saya bahwa ada lho yang namanya KOmunitas ASEAN.

    Moga menang ya Na. Una pesaing berat nih ^__^

    BalasHapus