Markicong!

Ikut-ikut sama istilah mari kita mari kita yang sering digunakan Mbak Anies dan Mas Bro~ tapi bukan markijut atau pun markisya. Tapi markicong!

Hayo tebak apa itu... jangan-jangan kamu kepikiran dengan...

Bencong?

Kalau iya, maka kamu salah besar!

Markicong di sini adalah mari kita berkeroncong. Nah, abis ngubek-ubek blog Mbak Monda aku menemukan postingan berjudul keroncong. Sebagai penikmat keroncong, aku tertarik untuk masuk ke postingannya. Sambil menekan tombol play di video dalam postingan, aku membaca tulisan Mbak Monda.

Ia bercerita bahwa ketika kelas 6 SD, guru Mbak Monda mengajarkan murid-muridnya mengenai lagu Keroncong supaya anak-anak badung di kelasnya bisa lembut sedikit. Dan lagu dalam postingannya, berjudul Lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama, enak juga.

Banyak lagu keroncong yang masih masyhur. Juwita Malam, Jembatan Merah, Bengawan Solo, atau pun Sepasang Mata Bola. Persamaan empat lagu ini adalah sama-sama merupakan keroncong abadi. Keroncong abadi ialah keroncong yang diciptakan kisaran tahun 1920-1960. Pantas saja disebut abadi, karena keroncong yang diciptakan jaman itu sampai sekarang pun belum lekang.

Selain keroncong yang diciptakan tahun 40an, aku juga menggemari keroncong modern. Yaitu keroncong tahun 60-an hingga 2000. Ada beberapa jenis keroncong modern. Aku paparkan tiga di antaranya.

1. Langgam Jawa. Keroncong yang menggunakan juga alat-alat musik khas Jawa. Contoh lagunya, Lingsir Wengi atau Yen Ing Tawang Ana Lintang
2. Keroncong Koes-Plus. Tentu saja ini keroncong gaya Koes Plus. Contohnya ya, lagu-lagu yang mereka bawakan. :)
3. Keroncong Dangdut. Nahhh, ini paling favorittt! Congdut ini seperti Langgam Jawa yang diberi sentuhan dangdut. Tokoh yang paling terkenal sih Didi Kempot dengan lagu-lagunya Sewu Kutho, Layang Kangen, atau Terminal Tirtonadi. Tapi favoritku tetep Cinta Tak Terpisahkan karya Cak Diqin. Apalagi kalau bisa duet, asik deh! Dulu pas masih di Jogja setiap abis maghrib nungguin video klip ini.

Makin ke sini, keroncong makin nggak 'asli' karena sudah nggak ikut pakem 'aslinya'. Keroncong ini kan awalnya dibawa oleh Portugis hingga ke Maluku, makanya kenapa ada keroncong tugu. Yaitu keroncong yang dimainkan penduduk Jakarta Utara jaman dahulu yang merupakan keturunan budak Portugis dari Ambon.

Ada satu yang menarik dari lagu keroncong. Tahu kah lagu Terang Bulan? Kalau ngga tau gapapa sih, lagu lama banget, hehe... Lagu ini aslinya dari sebuah wilayah dekat Hawaii yag merupakan jajahan Perancis berjudul Le Rosalie. Kemudian, lagu ini sampai ke Indonesia dan menjadi lagu Terang Bulan. (Diganti liriknya oleh Rudy van Dalm).

Yang lucu adalah, lagu kebangsaan Malaysia, Negaraku, menggunakan lagu yang sama. Padahal kan ya, pengarang lagu di dunia kan banyak. Masa' ya lagu negara mau sama kayak lagu lain juga... nggak paham deh, hahaha... Ternyata tabiat plagiat udah dari dulu ternyata! ^^

Hihihi segitu dulu yang bisa aku tuliskan. Mari kita nyanyi keroncong yuk!

"Kereta kita... segera tiba...
di Jatinegara kita kan berpisah.
Berilah nama... alamat serta...
esok lusa boleh kita jumpa pula."

♥♥♥

“Tulisan ini diikutkan  pada  Giveaway Pertama di Kisahku bersama Kakaakin “

Sumber foto dan referensi: 

http://en.wikipedia.org/wiki/Bengawan_Solo_%28song%29

http://id.wikipedia.org/wiki/Keroncong#Keroncong_Asli

http://id.wikipedia.org/wiki/Terang_Bulan_%28lagu%29 

http://mondasiregar.wordpress.com/2009/06/23/keroncong/

http://rizkyagung.com/foto-foto-editan-photoshop-gayus-tambunan/

http://www.youtube.com/watch?v=RK8Vs23Nae8&feature=related