Sejak enam tahun lalu, aku kepengen banget balik lagi ke Jepang. Intinya sih pengen tinggal saja beberapa tahun. Entah sekolah, bekerja, atau menikah (?!). Saat itu, yang paling memungkinkan ya sekolah. Tapi mau sekolah apa? Kuliah S1 saja malas-malasan dan untuk mendaftar S2 kan kebanyakan harus membuat proposal penelitian. Sedangkan aku, menulis skripsi aja butuh dua tahun. 😂 Bisa saja sih sekolah bahasa, tapi kayak eman-eman karena saat itu sudah bisa sedikit berbicara Bahasa Jepang dan mending melancarkan sambil belajar yang lain.
Singkat cerita, tahun 2016 (kalau ngga salah) aku mendatangi pameran pendidikan di JCC. Di sana, ngga sengaja aku pun bertemu salah satu teman blogger Zahra Rabbiradlia (yang sekarang juga tinggal di Jepang, loh). Saat itu, ia juga berminat untuk melanjutkan pendidikan di Jepang.
Di JCC itu, aku menemukan satu booth sebuah sekolah swasta (yang akhirnya aku sekolah di sana) dan untuk masuk program master di sana tidak perlu proposal penelitian! Sudah gitu, tidak perlu jurusan yang sama dengan S1-nya. Entah kenapa, aku jadi langsung pengen masuk sana. Meskipun akhirnya agak-agak menyesal sih lol, tapi ini rahasia deh. 😂 Setelah keluar dari JCC, aku berniat untuk mendaftar sekolah itu.
Tapi di akhir 2016, aku malah pergi ke Australia untuk working holiday. Memang ya, rencananya apa, jadinya apa. Sejak saat itu, aku berencana setelah selesai working holiday dua tahun, aku mendaftar sekolah ke Jepang. Aku pulang dari Australia ke Jakarta di bulan Desember 2018, dan mulai akhir November 2018 aku sudah berkirim e-mail dengan sekolah di Jepang.
Tengah Desember 2018, aku menjalani wawancara online singkat dengan salah satu admin dan dosen di sekolah di Jepang. Selanjutnya, aku mulai mengumpulkan dokumen yang diperlukan untuk mendaftar sekolah. Ada lumayan banyak. Berikut daftar scan dokumen yang aku submit ke sekolah di Jepang:
1. Form pendaftaran sekolah
2. Kartu ujian
3. Transkrip nilai pendidikan terakhir (S1)
4. Ijazah S1
5. Sertifikat medical-checkup
6. Self-recommendation essay dan statement of purpose
7. Sertifikat tes Bahasa Inggris (TOEIC/IELTS/TOEFL) dan Jepang (JLPT)
8. Letter of Sponsorship (dalam kasusku, disponsori ibu) dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
9. Bank statement guarantor (aku juga submit bank statement-ku)
10. Laporan SPT Tahunan penjamin selama 3 tahun dan terjemahan dalam Bahasa Inggris
11. Kartu Keluarga
12. Akte Kelahiran
13. Pas foto
14. Halaman depan paspor
15. Ijazah SMA dan terjemahan dalam Bahasa Inggris
Banyak banget kan! Itu pun ada yang harus dikoreksi lah, pada saat itu ibuku juga menganggur lah (padahal harus bikin surat bukti employment guarantor), belum lagi disuruh tambah ijazah SMA dan aku menerjemahkan sendiri. 😢
Oh iya, ini kasusku adalah aku mendaftar sekolah master swasta yang biayanya ditanggung oleh orang tua. Aku mendapat beasiswa dari Monbukagakusho (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olah Raga, dan IPTEK Jepang) tapi tidak penuh dan baru didapat setelah sampai di Jepang. Kalau yang dapat beasiswa full dari Monbukagakusho atau beasiswa lain atau sekolah yang lain ya dokumen yang diperlukan mungkin berbeda.
Setelah mensubmit semua dokumen, dan menunggu sekitar dua bulan, admin sekolah memberi kabar baik: Certificate of Eligibility-ku sudah jadi dan siap dikirim ke Indonesia!
|
Beginilah bentuk COE. |
Certificate of Eligibility (COE) ini kerap disebut sebagai surat sakti. Karena untuk mendaftar apply visa pelajar Jepang bisa dibilang yang penting CUMA butuh COE ini. 😂 COE merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh imigrasi Jepang yang menandakan kalau orang asing boleh memasuki Jepang. COE ini sih yang mengurus pihak sekolah yang kemudian bakal dikirim ke Indonesia untuk apply visa.
Setelah aku membayar sekolah, sekolah mengirimkan COE ke rumah via DHL. Cuma tiga hari langsung sampai, lho.
Kronologi aku mendaftar sekolah hingga mendapat visa, seperti ini:
- akhir November 2018: mulai e-mail ke sekolah dan menyatakan niat untuk mendaftar
- awal Desember 2018: sekolah menentukan jadwal wawancara via Skype
- 18 Desember 2018: Skype dengan admin dan dosen
- akhir Desember: submit semua dokumen yang diperlukan
23-30 Januari 2019: ke Jepang sama adek (nggak ada hubungannya)- 27 Februari 2019: COE terbit!
28 Februari 2019 - 6 Maret 2019: ke Jepang lagi jadi tourguide Tripirit 😂- 8 Maret 2019: bayar sekolah
- 18 Maret 2019: COE diterima
- 19 Maret 2019: melakukan permohonan visa pelajar di Japan Visa Application Center (JVAC) Lotte Shopping Avenue
- 25 Maret 2019: visa jadi
- 30 Maret 2019: cus Jepang
Oke, jadi sekarang tiba pada intinya, dokumen apa yang diperlukan untuk apply visa pelajar ke Jepang? Hanya ada empat dokumen yang dibutuhkan:
1. Paspor
2. Formulir permohonan visa dan pas foto terbaru ukuran 4,5 x 4,5. Formulir bisa didownload
di sini.
3. Fotokopi KTP
4. Certificate of Eligibility (COE) asli dan fotokopi
|
Maaf aurat. |
Aku melakukan permohonan visa di Japan Visa Application Center (JVAC) yang berada Lotte Shopping Avenue. Saat ini, JVAC sudah pindah lokasi ke Kuningan City Mall. Biayanya 545.000 yang terdiri dari biaya visa single entry 390.000 dan biaya jasa JVAC 155.000. Mulai 1 April 2021 ini sih biaya visa naik menjadi 410.000. Bisa dicek di situs web Kedutaan Besar Jepang di Indonesia atau JVAC untuk harga terbaru.
Waktu proses visa membutuhkan minimal empat hari kerja.
|
Udah kaya di obituari. |
Begitulah
pengalamanku saat apply visa pelajar Jepang. Butuh waktu yang lama dari 'kepengen tinggal di Jepang' sampai akhirnya kejadian. Yang jelas aku bersyukur banget sih... meskipun setelah sampai di Jepang 30 Maret 2019 itu, aku langsung mengalami salah satu pengalaman paling burukku di Jepang! Hari itu juga!
Next story...
Aku malah penasaran sama next story nya 😁
BalasHapuswaaah, aku penasaran sama sekolahnya deh, hahaha
BalasHapus