Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hidup Dari Komisi

Pertama kalinya aku melintasi negara lewat darat ialah ke Kamboja, dari Thailand. Dari Bangkok, aku dan teman perjalananku Bellita naik travel ke Aranyaprathet, sebuah kota kecil di Thailand dekat perbatasan. Kira-kira tiga setengah jam waktu tempuhnya. Sampai di sana terlalu malam, tak mungkin kami langsung ke Kamboja karena imigrasi border sudah tutup jam delapan malam.

Menginap di Aran semalam, hingga paginya kami naik tuktuk untuk menuju perbatasan. Supir tuktuknya perempuan bo', sedikit heran aja mengingat eike belum pernah lihat supir bajaj perempuan di sini. Di border, sedikit bingung karena signage-nya tidak banyak. Waktu itu masih pagi, ternyata banyak sekali manusia yang melintasi perbatasan. Bahasa di perbatasan kebanyakan sudah nggak Thai gitu, mungkin banyak orang Kamboja yang mengadu nasib di Thailand kali ye.

On the way to border.
Senyum dan salam ramah ibu-ibu petugas imigrasi Thailand sedikit menambah semangatku pagi itu. Masih ngantuk euy. Selanjutnya aku berjalan menuju area netral batas negara hingga ke pos imigrasi Kamboja. Banyak kasino berjajar di sana, tapi ya nggak kayak di Macau gitu. Yaiyalah... Banyak sekali yang menawarkan ojek atau taksi. Sudah ditolak, masih dikejar pula. Karena kami sudah kebiasa digituin di Indonesia, ya tinggal dicuekin aja deh.

Di depan persis kantor pengurusan visa, tiba-tiba ada seorang laki-laki menghampiri kami. Jeng jeng. Pesan dari sepupu, kisah di internet, cerita Bellita, tiba-tiba semua teringat di otakku. Kamboja itu negara miskin, sudah pasti banyak scam. Banyak penipuan. Huweee ibuk, aku takut ditipu sama orang ini! Deg deg. Ia pun bertanya kami dari mana dan bilang bahwa ada bus gratis yang mengantar ke terminal bus dari perbatasan. Kami cuma jawab, ya oke oke.

Kemudian, orang itu jalan terus ke arah Kamboja. Aku bilang sama Bellita kalau aku takut sama orang itu. Takut diapa-apain. Tunggu orang itu hilang dari pandangan dulu deh, baru teruskan jalan ke imigrasi kedatangan Kamboja. Setelah orangnya sudah nggak keliatan, kami pun jalan lagi.

Kiri: check point imigrasi Aranyaprathet, Thailand. Kanan: gapura masuk Poipet, Kamboja.
Thailand dan Kamboja, dua negara yang bertetangga, tapi kontras sekali bahkan dilihat dari daerah dekat perbatasannya. Di Aran, imigrasinya lumayan bagus. Di sebuah bangunan kecil, yang temboknya putih, dalamnya pun bersih. Di Poipet, kota perbatasannya Kamboja, pos imigrasinya jelek banget. Semacam loket karcis bus di Terminal Cicaheum kali ya, kecil banget pula. Lantainya hanya semen tak diubin. Loket kedatangan yang buka pun cuma dua.

Kartu kedatangan yang harus diisi tidak ditaruh dalam rak atau meja, tapi harus kita minta dari petugas. Sempat petugasnya keliaran dan tidak duduk di tempat, sehingga ada bule kebingungan di mana harus mendapatkan kartu itu. Setelah mengisi, kemudian kami pun antre. Waktu itu baru satu loket yang buka. Jadilah antrenya panjang. Sambil antre, aku melihat praktik korupsi. Seorang petugas imigrasi membuka sebuah paspor yang di dalamnya terselip uang dan kemudian memasukkannya dalam saku.

Ngerti sih, mengingat praktik gituan di sini juga banyak. Hihihi... Kemudian loket lain dibuka, kami pun pindah loket. Sempat menawari turis Korea yang berdiri di depan kami di antrean sebelumnya untuk antre di depan kami, tapi nggak mau. Yo uwis, malahane kami jadi agak depan antrenya. Keluar dari loket imigrasi itu...

Cambodia arrival card.
Jeng jeng. Ketemu laki-laki yang tadi lagi dan dia menunjukkan kami shuttle gratisnya. Tak jauh, terlihat sebuah bus besar, inti tulisan di badannya shuttle gratis ke terminal. Tapi kenapa dia menunjukkan ke arah sebuah mobil biasa? Apa bedanya? Kami bilang, kami naik bus besar saja. Tapi dia bilang, yang mobil juga free kok. Yang bus harus nunggu sampai penuh. Sumpah ya, di pikiranku cuma, "Scam nggak ya, scam nggak ya..." Eh, ada bule juga masuk ke mobil itu, jadilah akhirnya kami naik shuttle yang mobil biasa.

Terminal bus antarkota lumayan jauh kalau jalan kaki, naik kendaraan sekitar 5 menitan. Dan terminalnya... sepi banget broooww. Kami sampai terminal jam setengah sembilan, sedangkan bus ke arah Siem Reap baru ada jam tiga sore. Bus bertarif 9USD, taksi 48USD bisa diisi empat orang. Mau nunggu sampai jam tiga, di Poipet nggak ada apa-apa. Naik taksi... *itung-itung* Eh kok ya rata-rata bule yang datang ke terminal itu, bertiga, atau berdua tapi bukan arah Siem Reap. Nggak ada yang bisa diajak share taksi, mamiiiiiiii!

Si mas-mas yang ngikutin kami, juga ikut ke terminal. Masih saja di sana. Sepertinya, dia tidak akan bergerak pindah tempat sampai kami cabut dari terminal. Karena kalau tidak begitu, dia nggak akan dapat komisi dari si 'perusahaan taksi' ini. Kami lumayan lama di tempat tunggu, sekitar 15 menit. Sepertinya dia gemas dengan kami yang tak segera angkat pantat dari sana. Akhirnya, teman si mas-mas yang lain bicara kepada kami dan bilang kami bisa naik taksi dengan 36USD saja yang berarti 18USD seorang. Tapi nanti di jalan supir taksi bisa mengangkut satu lagi orang.

Akhirnya deal, 36USD. Belum ditawar udah nurunin harga sendiri. Kami menyerahkan uang dalam 33USD dan 200THB (which is kita sebenarnya rugi sekitar 100THB). Waktu kami serahkan uangnya, para 'si pengambil komisi' seperti menghitung dan berebutan komisinya. Buset dah, oh gini tho...

Udah lama eike gak naik Camry...
Taksinya jangan dipikir ada judulnya macam di sini seperti burung biru atau pusaka-pusaka. Plus taksinya Camry bo', ciyus. Tapi Camry 1999 -___- Perjalanannya sekitar 140 kilometer dan ditempuh dua setengah jam. Di jalan, bapaknya nyari penumpang tapi nggak dapat-dapat, horeee! Kami pun minta diantar di sebuah jalan, eh tapi berhentinya di tempat lain. Oke, oke, ini ada apa lagi?

Si supir nggak bisa Bahasa Inggris jadi hampir nggak komunikasi sama kami. Kemudian ada orang memasukkan kepalanya dalam mobil dan berbicara kepada kita kalau dia menyediakan tuktuk gratis untuk diantar sampai penginapan. Salahnya, kami bilang kalau kami go show, nggak booking hotel. Ia bilang ia akan mengantar kami ke penginapan, dan kami diminta mengecek kamarnya, kalau nggak oke, dia akan mengantarkan ke tempat lain.

Dua tas lima kilo aku dan Bellita.
Oke, ini nggak nipu. Cuma lagi-lagi, dia mengantarkan kami demi komisi dari hotel. Sepertinya, perusahaan taksi dengan tuktuk tadi pun seperti ada kerjasama. Kalau si taksi bawa tamu dari perbatasan, maka dibawa ke sana. Dan tuktuk pun akan mengantarkan ke penginapan yang lagi-lagi sudah bekerjasama dengan mereka. Seperti kok kebanyakan dari mereka tuh hidup dari komisi.

Aku jadi ingat di Jogja. Kalau di Malioboro banyak yang menawarkan becak ke Patuk dengan tarif cuma 3000-5000. Si tukang becak yang berhasil mengantar ke sana akan dapat komisi dari si punya toko bakpia. Hmmm... sama aja yak? ^^

35 komentar untuk "Hidup Dari Komisi"

  1. Balasan
    1. jadi bajaj itu sebutan lainnya Tuktuk ya NA? baru tau gue

      Hapus
    2. Hihihi bajaj di sana nyebutnya tuktuk.
      Tapi ya beda bentuknya. :D

      Hapus
    3. aku kapan di ajak? Hahaha #protes

      Hapus
  2. Hooh un, sama kyk abang becak malioboro

    BalasHapus
  3. Oalah ternyata korupsi itu ada dimana-mana, tapi kira-kira petugas yang dicurigai itu berani sesumbar digantung kalau terbukti gak ya. Kayak di negara tetangganya gitu loh..

    mbak napa fotonya diburamin sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya gak akan dihukum, bisa disuap juga :p

      Hapus
  4. Wah ternyata banyak juga yang dapetnya dari komisi gitu ya Na. Tapi serem banget itu diikutin terus.. >__< aku pasti parno

    BalasHapus
  5. Lah kamu ebak banget toh! Jalan-jalan luar begeri wae, aku minta duit mu lah Una!!! Pengeb ke Singapur :D

    Anyway, emang di malioboro kaya gitu juga! :D namanya juga hidup jaman moderen kalo ngga ada komisi bisa dapet tambahan atau itung-itungan untung dari mana! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jiah...
      Lha iya, tapi gak gitu juga kali caranya. Risih...

      Hapus
  6. Hmmm , kalo praktik komisi yang terdekat yang saya lihat pas beli baju di pasar sih *eh

    BalasHapus
  7. Sing turis Korea wedi karo kowe Na...

    BalasHapus
  8. Mong Ngomong Soal Komisi, kabeh uwong kayaknya suka.
    Opo maneh Anggota Dewan.
    Itulah makanya, di DPR ada Komisi A, Komisi B dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi kalo dideketin komisi pemberantasan korupsi
      Pada suka gak ya :D

      Hapus
    2. Takut ketahuan mungkin Mbak. hee #Upppst

      Hapus
  9. ya kayak di bali kan gitu jugaa...
    tiap guide yang nganter ke toko tertentu kan dapet komisi juga dari tokonya...

    BalasHapus
  10. namanya jg cari duit.. hehee... msh betah aja yaaa disana..

    BalasHapus
  11. Haiyyyah didana jg nmanya tuktuk...prnh dgr tmn crt ttg tuktuk trnyt g jsuh bda...nmanya pun sama hehe......

    Heummmmm....petualang sejati nih kyknya,jln mulu hehe




    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hihihi... di Thai sama Kamboja beda tapi tuktuk juga :D

      Hapus
  12. kyknya dimana2 berlaku ya komisi2 kyk gitu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha iya mbak, tapi kalo kek gitu, nyeremin :D

      Hapus
  13. Wuiiihhh jalan2 terus na....
    Envy uuuyyy....

    BalasHapus
  14. dimana2 emang gitu na... udah biasa itu kalo hotel/toko2 souvenir ngasih komisi buat supir angkutan (taxi, etc.) yang bawa tamu kesana.

    BalasHapus
  15. Iya sama aja yah rupanya, tp nyeremin jg sih ada cwo yg ngikutin trs. Btw foto yg atas kok ga d blur Na :D

    BalasHapus
  16. di Borobudur juga gitu...
    biasanya tukang becak dan andong minta uang 10ribu-15ribu,terus nanti hotel/penginapan juga bakal memberi mereka 10-20ribu...
    komisi atau tips udah wajar ya...
    :)

    BalasHapus
  17. emang serba salah sih ya Un kalo ngadepin pemburu komisi gini. Asalkan harga di tempat yang kasih komisi juga ga nyekek sih ya

    BalasHapus
  18. mupeng banget liat Una jalan2 mulu :D

    BalasHapus
  19. aku juga suka takut liat calo itu..
    kenapa ga naik bis dari Bangkok langsung yg ke Kamboja, biasanya di perbatasan tuker pake van

    aah jadi inget si Camry lagi
    banyak yaa..

    BalasHapus
  20. komisi ya dimana mana... khan masih manusia juga... yang jadi masalah cuma besarannya dan kadarnya saja....

    kok fotonya di blur, padahal naik camry... hehehe

    BalasHapus
  21. Kalau aku perjalanan ke luar negeri pertama kali ya pake bis na. dan kondisinya indonesia sprti kamboja hiks..

    Aku juga sering mendengar jogja seperti itu. katanya satu bungkus bakpia bisa dapet komisi 20% makanya becak disana murah. lebih ke komisinya daripada pembayarannya.. hehehehe

    BalasHapus