Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sepur Kluthuk: Dalat vs. Solo

Belum berkesempatan mencoba kereta tua di Ambarawa, puji Tuhan akhirnya aku naik dua kereta uap tahun ini. Pertama di Dalat, Vietnam dan yang barusan di Surakarta ketika event ASEAN Blogger Festival Indonesia 2013.

So, mari kita lihat kereta uap di Dalat dulu. Waktu aku ke Vietnam, aku nyangking sebuah buku Lonely Planet yang juga mencakup daerah Vietnam. Melihat bagian Dalat, tertulis di sana Cremaillere yang juga dijelaskan bahwa ada stasiun tua yang menyediakan fasilitas kereta uap dengan jarak sepanjang 7 km mencapai sebuah desa. Tapi kok tidak jelas jadwalnya ya...

Sebuah peta kota Dalat kami dapatkan dari resepsionis hotel. Petanya sangat lengkap, mulai alamat bank, penginapan, tempat-tempat wisata bahkan ada penjelasannya di peta itu. Namun sedihnya adalah semuanya berbahasa Vietnam. Aku jadi ngerasain bagaimana rasanya turis asing pergi ke Indonesia yang jarang ada informasi/plang dan lain-lain yang berbahasa Inggris. Pasti susah banget. Akhirnya ketemu dalam peta itu bahwa stasiun tua itu disebut: Ga Đà Lạt, yang berarti stasiun Dalat.

Rambuteeeee~ at Stasiun Dalat, Vietnam. Baju gue nabrak-nabrak warnanya entah berapa lapis.
Pagi-pagi aku dan temanku Bellita jalan kaki menuju stasiun itu sekitar 2 km dari hotel untuk mengejar jadwal kereta paling pertama. Sampai dekat sana, rupanya uang Dong Bellita kurang, sedangkan uangku tak sanggup juga kalau membayar dua tiket. Akhirnya kami jalan kaki lagi ke tengah kota untuk mencari ATM dan juga money changer. Balik lagi deh ke stasiun Dalat. Beruntungnya kami, ternyata yang jadwal pagi tidak diberangkatkan karena orangnya kurang. Kalau tidak salah, minimal 10 turis asing baru kereta bisa diberangkatkan. Tiketnya sendiri harganya 124000VND (60 ribu rupiah) untuk turis asing.

Cremaillere sendiri berarti jenis jalan rel. Yang menarik dari wisata kereta uap di Dalat ini adalah bahwa stasiunnya adalah bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 1943 oleh arsitek Perancis, Moncet dan Reveron. Gayanya art deco dan loket tiketnya masih asli sejak dulu kala. Selain itu, kereta uap Dalat akan membawa kita ke sebuah kampung bernama Trai Mat dengan jarak sekitar 7 km. Di Trai Mat ada sebuah pagoda Linh Phuoc.

Loko dan eike.
Gerbongnya.
Chua Linh Phuoc.
Tapi menurutku Trai Mat dan pagodanya nggak spesial ah. Yang spesial adalah pemandangan saat perjalanan karena tersebar perkebunan bunga-bunga dan itu cantik sekali. Makanya Dalat adalah City of Flowers. Selain itu dadah-dadah sama anak sekolah yang juga dadah-dadah ke kita yang dilewati rel juga pengalaman mengesankan!

Bunganya pada ditutupi.
Bagaimana kereta uap di Solo ya?

Jaman masih kecil kalau ke Solo, entah kenapa aku selalu amazed dengan rel kereta yang sejajar dengan jalan raya. Di bayanganku rel itu dipakai secara reguler rrr tapi aku nggak tahu kenyataannya bagaimana. Sampai suatu saat aku mendengar tentang sepur kluthuk Jaladara. Ya tapi gitu deh, cari info susah cari kejelasan. Akhirnya aku nemu paket naik Jaladara di salah satu website dengan harga lumayan mahal, eh kok ya belum berkesempatan juga.

Sampai tahun lalu, aku cuma liat saja itu Jaladaranya lewat... Sampai akhirnya, aku naik juga itu sepur Jaladara ketika hari keempat acara ASEAN Blogger Festival kemarin. Awalnya kupikir aku gagal naik kereta ini, karena bangun kesiangan. Aku ikut naik bus rombongan tapi parkir di Gladag. Aku, Mbak Idah Ceris, dan Mas Jarwadi pun jalan menyusuri Car Free Day Solo. Dan kita lihat Jaladara jalan timik-timik (pelan sekali) menuju ke arah kami. Ada petugas Dishub dan setelah ditanyakan kami bisa melompat ke kereta.

Dan, happp! Lompat! Akhirnya Jaladara kuinjak jugaaaaaaa!!!

Trying to be anti-mainstream, no peace sign. Sebelum lompat ke kereta.
Peserta ABFI~
Sepur kluthuk Jaladara digunakan sebagai fungsi wisata sejak September 2009. Loko yang digunakan berseri C1218 dan dibuat oleh Hartmann Chemnitz Jerman pada tahun 1896. Sedangkan ketel uapnya digantikan dengan ketel uap buatan Hohenzollern AG Dusseldorf Jerman pada tahun 1927.

Rute Jaladara ini dimulai dari Stasiun Purwosari menuju Sangkrah (Solo Kota) lalu kemudian kembali lagi. Jarak yang ditempuh pulang pergi sekitar 11,2 kilometer. Nah, bahan bakar kereta uap ini adalah 4 meter kubik air dan 5 meter kubik kayu jati. Kenapa kayu jati? Katanya sih karena kayu jati ialah yang awet dan lebih tahan lama. *ga ngerti beda awet dan tahan lama

Kereta Jaladara ini dapat 'dicarter' dengan tarif 3,5 juta sekali perjalanan. Namun, kok kemarin ada yang ngasih tahu aku 10 juta yak, hihihi. Katanya lagi kalau umum bisa naik dengan biaya 50 ribu per orang. Tapi nggak paham liat info resminya di mana...

Tebak mereka siapa.
Sesampainya di stasiun Solokota, yak yak yak, foto-foto dulu lah yau. Selain itu si lokomotif pindah posisi karena untuk kembali ke arah Purwosari. Sekitar 30 menit, kereta kembali berjalan. Sampai depan Pusat Grosir Solo, peserta ABFI yang naik Jaladara gelombang pertama dipersilahkan turun. Sementara yang belum sempat naik, ya naik deh... Karena aku, Idah Ceris, dan Mas Jarwadi baru naik kereta nggak jauh dari tugu Slamet Riyadi, kami tetap ikut kereta ke Purwosari deh!

Sampai Purwosari? Ya foto-foto lagi lah!

Solow~
Lalu which is better for me? Well aku nggak bisa compare apple-to-apple karena baik kereta uap di Dalat dan Solo memiliki perjalanan yang berbeda dan semuanya sama-sama mengesankan!

35 komentar untuk "Sepur Kluthuk: Dalat vs. Solo"

  1. enak ya un, coba una foto juga anak yang dadah dadah itu. eh itu maksudnya lompat, lompat masuk saja langsung???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyap wahahaha, lompat langsung, gampang soalnya keretanya jalannya lambat banget. :D

      Hapus
    2. wajahnya always di sensor kwkwkwkw...

      Hapus
  2. repot un...
    mendingan numpak sepur seko lempuyangan
    20 ewu nyampe jakarta

    BalasHapus
  3. di vietnam dingin banget tah Un...? ;D
    yang pasti keliatannya, stasiun Dalat lebih baguss yaak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Dalat lumayan mbak, 10-17 derajat :D

      Hapus
  4. Anti peace sign = salam tiga jari ya?

    BalasHapus
  5. seumur hidup baru naek kereta sekali yaitu kereta komuter.
    katrok gak sih aku? >.<

    BalasHapus
  6. naik kereta uapnya thomas udah pernah belum una? :)

    BalasHapus
  7. Numpak sepur menyang solo nganggo pramex wae Na...murah meriah...!

    senengane di bluuurrrr !!! #jawabane mesti iseng mbak !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uwahaha, emang senengannya ngeblur jeh :P

      Hapus
  8. wah udah pada diposting :)
    ketemu di sini lagi Una :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo hola, udah di Bojonegoro yak?

      Hapus
    2. udah donk :)
      kembali ke rutinitas :D

      Hapus
  9. napa mukanya ditutup sih, takut ada yg jatuh cinta ya? hehehe

    BalasHapus
  10. enggak ada yg jualan asongan kek di KRL ya un....

    BalasHapus
  11. mesti komen apa gue ya?
    jangan vietnam, ke solo aja gak pernah.
    btw, asyik juga ya gabung ama ABFI bareng naik kereta.

    BalasHapus
  12. wah jadi pengen ke Solo, naek kereta jaLadra or foto di depannya aja dweh kayak di Harry Potter gitu ya.hehe

    BalasHapus
  13. Aku pertama kali numpak sepur kayak gini.
    Rada panik pas mau loncat, takut jatoh karne apakai rok. :P

    BalasHapus
  14. Sepur kluthuk Sala jalan pelan sambil plesiran nih Una.

    BalasHapus
  15. ih ih, aku belum pernah naek kereta uap! >.<

    BalasHapus
  16. Una, aku suka bc blogmu. Dan aku melihatmu pas inguk-inguk dr dalam jaladara, mo kupanggil ntr bingung kan rame bgt dan kita belum pernah ktm. Ya kupangil dalam hati sajala... Hahahahaha

    BalasHapus
  17. oohh jadi di vietnam juga ada gitu yaa tapi liatnya bunga2 mau donggg ke vietnam :D

    eeh itu foto terakhir kyok arek ilang, hahahaha suwun mbak un dipajang :D

    BalasHapus