Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

JALAN-JALAN TIDAK BIASA DI JOGJA

 Di Tasmania, aku punya teman serumah yang berasal dari Taiwan bernama Eunice. Meski tinggal serumah, kami tak kunjung berbincang-bincang banyak karena ia tinggal bersama gank-nya yang semuanya orang Taiwan dan terlihat seperti eksklusif. Barulah setelah teman se-gank-nya cabut karena visanya habis, ia tertinggal sendiri dan mulai bercakap-cakap denganku. Ternyata Bahasa Inggrisnya sangat bagus dan kami sangat nyambung.

Kami jadi sangat akrab, meskipun akhirnya aku pindah rumah yang akhirnya Eunice juga sempat tinggal selama 9 malam. Kami bahkan sempat berwacana untuk bertualang di Asia Tenggara bersama. Namun Namanya rencana, akhirnya aku membatalkan karena aku mengganti rencanaku dan jadinya malah Eunice datang ke Indonesia! Ia punya waktu enam malam di Indonesia dan kami menghabiskannya di Jakarta dan Yogyakarta. Ia cuma punya tiket ke Jakarta dan aku pun mencari tiket pesawat ke Jogja sebelum ia sampai ke Jakarta.


Tiket pesawat ke Jogja bisa ditemukan di situs pegipegi dan user experience-nya sangat oke ya. Aku kalau klik button 'pesan tiket pergi' atau 'lanjutkan' kayak cepat gitu loading-nya. Dan di pegipegi kamu bisa lihat harga tiket yang tersortir dari harga yang paling terjangkau. Aplikasi pegipegi juga bisa didapatkan di Google Play dan Apps Store.

Eunice yang aslinya merupakan seniman dan desainer, ternyata gampang banget ngasih hiburannya ke dia. Naik mobil ke pelosok Yogyakarta sambil lihat rumah-rumah reyot aja dia bilang, “Wow Una, the house so beautiful.” Dalam hati gua, bagus mananya sih! Diajak makan bubur ayam abang-abang gerobak saja katanya enak banget. Jadi asyik mengajak Eunice ke mana-mana, apa-apa bagus buat dia.

Eunice yang sangat mengagumi kaleng kerupuk khas warung Indonesia pun membeli versi mininya.

Trus ngapain aja kita di Jogja? Wah banyak banget deh… bawah ini hanya sebagiannya.

1. Mengagumi Desain Hotel Kekinian di Yogyakarta

Beruntung kami menginap di rumah nenekku yang lokasinya dekat dengan jalan hits, Prawirotaman. Hari itu, kami makan es krim di Tempo Gelato. Nah, berhubung Eunice anaknya suka banget seni dan desain-desain gitu. Jadilah kemudian aku mengajak dia jalan-jalan ke hotel di daerah Prawirotaman. Ya Cuma buat lihat-lihat aja.

Pertama, kita jalan ke Adhisthana Hotel dan kemudian ke Greenhost Boutique Hotel yang terkenal jadi tempat syutingnya Ada Apa Dengan Cinta. Kami masuk ke dua hotel itu, hanya melihat-lihat dan mengintip kamar hotelnya. Kalau Adhisthana lebih homy, sedangkan Greenhost memiliki desain industrial.

Kami juga pergi ke hotel kekinian lainnya bernama Yats Colony di daerah Patang Puluhan. Padahal cuma lihat-lihat hotel doang tapi Eunice sangat senang. Aku juga senang sih dan berharap banyak hotel di Indonesia dengan desain yang bagus.

Reception di Hotel Yats Colony.

2. Kembenan di Makam Raja-Raja Mataram Kotagede

Aku dan bapakku mengajak Eunice untuk menelusuri Kotagede. Kami pun menawari Eunice kalau-kalau dia berminat untuk ziarah ke dalam makam Raja Mataram di kompleks Masjid Kotagede. Dia pun tertarik cuma aku sih, nggak ikut. #penakut.

Uniknya untuk masuk ke area makam, pengunjung diwajibkan untuk memakai pakaian tradisional. Untuk pengunjung perempuan diwajibkan memakai jarik dan kemben serta dilarang untuk memakai penutup kepala. Dulunya tidak ada selendang, namun sekarang disediakan selendang untuk menutupi bahu. Pengunjung pun tidak diperbolehkan untuk menggunakan alas kaki. Di sana disediakan pakaiannya, jadi kita hanya diharuskan membayar biaya untuk menyewa.

Foto sama abdi dalem.
Eunice mencoba menggunakan SK II khas Kotagede.
Jadilah aku dan bapakku menunggu di area luar makam sambil duduk-duduk dan membiarkan Eunice masuk ke makam bersama abdi dalem yang bertugas menjadi guide makam. Setelah Eunice selesai ziarah makam, kami berjalan menuju sendang atau tempat pemandian yang dahulu digunakan oleh keluarga raja.

Di sana, terdapat dua sendang yang dibagi menjadi Sendang Kakung dan Putri. Mitosnya, apabila berkumur atau mencuci muka dengan air di sendang akan menjadi lebih muda dan cantik. Eunice pun mencuci mukanya dengan air di sumur di sendang. Semacam SK II dari air sumur gitu lah...

Aku sih ngga ikut cuci muka. Takut cantik dan terkenal. 😐

3. Belajar Wayang dan Seni Lukis Kaca di Bantul

Tahu Eunice adalah pelukis (penggambar?), bapakku mengajak kami ke rumah seorang pelukis kaca di daerah Bantul. Bapak seniman yang bernama Subandi Giyanto ini merupakan mantan guru seni yang sekarang fokus membuat karya lukisan. Meskipun media utama yang digunakan adalah kaca, Pak Subandi juga melukis di cermin dan kanvas.

Aku bingung ya gaya Pak Subandi ini gimana... kalau lihat terkagum-kagum sih. Dia banyak menggambar wayang, hewan, dan apa yaaa duh nggak tahu istilahnya. Dan dia juga menerima pesanan loh. Salah satu pesanan yang dia tunjukkan kepada kami ialah cermin pesanan warung kopi. Jadi di cerminnya itu ada gambar muka orang gitu. Aku pun jadi berminat untuk memesan cermin kepada Pak Subandi.

Cermin kaca yang aku inginkan tapi bayangkan itu bukan lukisan wayang, tapi gambar muka aku. Sumber: Satu Harapan.
Kapan lagi punya cermin tapi ada lukisan wajah. Nah cara Pak Subandi melukis di kaca itu dari belakang, jadi gambarnya terbalik. Untuk di cermin, ia perlu mengeruk lapisan cermin sehingga dapat dilukis.

Wayang panakawan.
Tak jauh dari rumah Pak Subandi, tinggal seorang sepupunya yang merupakan seorang pengrajin wayang. Kami juga mampir ke rumahnya. Ia dengan semangat menunjukkan foto dirinya di sebuah buku terbitan luar negeri. Ia menjelaskan bagaimana proses membuat wayang dan bahkan menawarkan Eunice untuk mencoba bermain gamelan di dalam rumahnya. Sementara, Eunice asyik aku minum jamu yang dijual di depan rumah itu.

Akhir-akhir ini aku jalan-jalan tapi tak memotret (bukan blogger banget ya?), giliran mau menulis blog jadi bingung nggak punya stok foto, hahaha. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku share kayak aku ke Buddhist Monastery dekat Candi Mendut, pergi ke sebuah restoran di daerah Boko bernama Amettati dan bisa lihat view Jogja, ke warung kopinya Filosofi Kopi, huh tapi nggak ada foto sama sekali!  Kemarin lima malam belum puas di Jogja, berencana ke sana lagi karena belum puas ngobrol sama nenekku... tak cari tiket pesawat murah ke Jogja dulu deh...

5 komentar untuk "JALAN-JALAN TIDAK BIASA DI JOGJA"

  1. cuci muka pae air sendang gitu jadi cantik atau malah kukulen?
    Eh, kalo ke makamnya nggak boleh pake penutup kepala, yang jilbaban nggak boleh masuk?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbuh, hahaha... gatelen ketoke. Kayaknya ngga boleh, harus lepas...

      Hapus
  2. wah... ini postingan ke Jogja yang beda banget dari biasanya un. Aku sama sekali gak pernah ketempat yang dituliskan di atas :D

    BalasHapus

  3. Saya Sangat Berminat sekali, saya ingin mencobanya Agen BandarQQ Terpercaya , Thanks bruhh.

    BalasHapus
  4. Obat dari produk ini sangat bermanfaat sekali dan sudah terbukti hasilnya. Jangan lupa kunjungi juga situs kami Roket4D

    BalasHapus