Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dari Bukit Kingkong Ke Pasir Berbisik

Gunung Bromo, merupakan salah satu yang paling diminati para wisatawan dalam melancong ke wilayah Jawa Timur. Yang paling terkenal adalah panorama Gunung Bromo dari beberapa viewpoint dan keindahan matahari terbitnya. Untuk melihat matahari terbit, terdapat beberapa viewpoint di antaranya Penanjakan, Bukit Kingkong, dan Bukit Cinta.

Jadwal partisipan Social Media Trip and Gathering bersama Kementerian Pariwisata ‘berangkat ke Bromo’ alias berangkat ke viewpoint terbagi menjadi dua. Sebagian berangkat jam 12 tengah malam, bagi yang hendak ‘berburu bintang’, sebagian lagi berangkat jam tiga pagi. Aku berangkat jam tiga pagi. Viewpoint yang akan kami tuju adalah Bukit Kingkong.

Viewpoint yang paling ramai adalah Penanjakan, letaknya paling tinggi di ketinggian sekitar 2700 mdpl. Sedangkan Bukit Kingkong berada 100 meter di bawah Penanjakan. Di mana saja, pemandangan matahari terbit di Gunung Bromo tetap fantastis, hanya saja yang membedakan adalah angle-nya.

Perjalanan dari penginapan menuju Bukit Kingkong menggunakan jip yang mampu diisi lima orang penumpang dan supir. Sekitar 30 menit, kami tiba di parkiran jip dan harus berjalan kaki untuk menuju Bukit Kingkong. Tenang saja, jalan kakinya tidak terlalu jauh dan tak sampai membuat nafas tersengal-sengal. Di sana terdapat beberapa kios kecil yang menjual mi dalam gelas, pisang goreng, maupun minuman panas. Pisang goreng yang kalau biasanya mahhh gitu aja enaknya, tapi kalau ditambah dengan dinginnya Bromo, jadi berasa enak banget! *laper*

Siluet para manusia yang menanti-nantikan matahari terbit di Bukit Kingkong.
Sayangnya sebiji pisang goreng tak mampu menghangatkanku. Pukul setengah lima pagi hari di Bromo, benar-benar dingin. Kaos panjang dan sweater yang kupakai nggak mampu menghalau dinginnya, deh! Untungnya, seorang teman meminjamkan sepasang sarung tangannya untukku~ huhuhu terima kasih Mbak!

Bukit Kingkong sudah ramai didatangi para pengunjung. Menurutku itu sudah ramai banget, karena mau foto-foto kok terhalang siluet-siluet manusia, tapi kata temanku, itu belum ada apa-apanya sama ramainya Penanjakan. Wah, seramai apakah ya?

Tak lama, kemudian perlahan lingkaran matahari muncul yang menurutku mirip kuning telur di telur mata sapi. Momen bangunnya matahari sangat cepat membuat pengunjung yang datang siap dengan alat jepretnya, jeprat jepret! Sementara itu, dari atas, Gunung Batok dan Bromo, serta di belakang terdapat Gunung Semeru, sangat sedap dilihat… cantik.

Matahari pun mulai naik. Mirip kuningan telor ceplok~
Gunung Batok dan Bromo dari Bukit Kingkong.
Usai matahari benar-benar terbangun dari tidurnya, kami pun bergegas kembali menuju jip dan bergerak menuju lautan pasir di kaldera Gunung Bromo.

Pasir berbisik... begitulah tempat ini kerap disapa. Mendengar tuturan dari teman saya, rupanya di samudera pasir ini, apabila terdapat angin yang bertiup kencang, akan muncul bunyi seperti berbisik. Oleh angin itu pulalah, di lautan pasir ini terbentuk pola yang apik, bak tekstur ombak namun tak bergerak. Ya kecuali nanti angin datang, sih. Selain itu memang tempat ini pernah menjadi lokasi syuting film Pasir Berbisik, yah dan itulah sebabnya.

Berdiri di pasir berbisik, kita dapat melihat Gunung Batok yang kokoh berdiri, sabana yang luas, dan tentunya Gunung Bromo. Sayangnya hari itu, kami tidak naik ke kawah Gunung Bromo karena sedang aktif, dan asap putih tebal terus mengalir keluar ke atas dari kawah. Para pengunjung Taman Nasional Bromo Tengger Semeru diimbau untuk tidak terlalu dekat dengan Gunung Bromo, minimal dalam radius 1 kilometer. Kalau dekat-dekat, risikonya yaaa sesak nafas.

Gunung Batok dan asap dari kawah Gunung Bromo.
OOTD. Level fashionability paling tinggi versi diriku =))
Motif di atas pasir akibat deraan angin.
Matahari sudah di atas sekali!

Keragaman alam dan budaya merupakan salah satu Pesona Indonesia. Dan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah ketika pesona alam dan budaya Indonesia terpadu menjadi... hal yang memesona banget! Selain eloknya kawasan ini, banyak hal terkait budaya, yang berbeda di daerah ini. Salah satunya, mengenai warga asli kawasan Bromo yaitu Suku Tengger yang sebagian besar beragama Hindu.

Masih di area lautan pasir kaldera Gunung Bromo, terdapat sebuah pura yang bernama Pura Luhur Poten Gunung Bromo. Mungkin di lain kesempatan bisa 'mendekati' pura tersebut.

❤❤❤

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Bromo dan sekitarnya, sila buka halaman web Indonesia.Travel dari Kementerian Pariwisata.

18 komentar untuk "Dari Bukit Kingkong Ke Pasir Berbisik"

  1. kayanay sebelumnya Una udah pernah juga ke bromo ya sama Idah dll itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi itu Sikunir... dulu pernah ke sana tapi jaman SMA...

      Hapus
  2. Aku pertengahan tahun kemarin ke Bromo. Ngga bisa merasakan pasir berbisik, malemnya hujan agak deras. Sayang banget sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi ke Bromo lagi Mbak, kan deket to dari rumahmu XD

      Hapus
  3. Loh ada bukit Kingkongnya tow Mbak? baru denger aku. Pumpung belum pernah datang kesana. Suatu saat boleh nieh tempat di coba, selain lebih sepi bila dibandingkan dengan Penanjakan, viewnya boleh juga tuh :-)

    BalasHapus
  4. Waahh.. Kangen bromo euy, sy sudah 2 Kali kesana.. Butuh perjuangan musti bangun sebelum subuh kalo dr probolinggo..

    Nice pic mba, awesome..

    Salam kenal

    BalasHapus
  5. Bromo memang keren banget ya!!! :D

    BalasHapus
  6. lumayan kok Na fashionability nya hehehe...

    BalasHapus
  7. Bromo itu penuh perjuangan. Perjuangan naik ke Pananjakan-nya (atau sekarang ada Bukit Kingkong? Whatever..), perjuangan melawan dingin di jam subuhnya, sampai perjuangan berebut tempat untuk sekedar memotret matahari terbitnya..

    Aku sendiri berada di Penanjakan empat tahun lalu. Pas mau sunrise, mendadak aku kepingin selfie. Tapi aku kepingin selfie di depan sunrise! Wuih..ribet banget antara menyesuaikan sudut pemotretan dan menjaga pencahayaan supaya kualitas selfie dan kualitas sunrise-nya tetep bagus..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada banyak sekarang bukit yang buat nonton sunrise. Hahaha, kebayang ramenya =))

      Hapus
  8. Udah lama pengen ke bromo tapi belum kesampaian #hiks
    Meski gunung bromo sedang erupsi, etapi masih banyak yaaa yang wisata ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi ke sana ke sanaa... iya lagi batuk batuk ya si Bromo xD

      Hapus
  9. Bromo ini wishlist loh buat akuu.. pengeeen kesana. Dari surabaya lanjut malang lanjut kesini. Smoga taun 2016 ini bisa kesampean deh, amin.

    aaaahhh.. kementrian pariwisata ga mau ya ngajak akuuu.. seru banget sih kaliaaan :)

    BalasHapus