Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Being a Railfan

Setasiun Senen
Tahun ini saya jadi suka satu hal baru, yaitu penggemar kereta. Meskipun saya nggak gitu-gitu amat, nggak ikut komunitas pecinta kereta, hunting foto nunggu kereta atau hapal nomor seluruh kereta. Tapi ya, gemar. Saya menikmati sekali perjalanan dengan kereta. Tahun ini saya banyak naik kereta yang sebelumnya belum pernah saya naiki.

Berawal dari Bulan Januari, saya pergi ke Solo dari Jogja menggunakan kereta Prameks. Prameks yang kutumpangi tidak seperti KRL yang tempat duduknya hadap-hadapan kiri kanan tapi seperti kereta bisnis, yang joknya sudah buruk dan gerbongnya yang bau. Sembilan ribu rupiah dan waktu satu setengah jam, mengantarkanku dari Stasiun Tugu hingga Stasiun Solo Balapan.

Dari Solo, saya pergi ke Semarang. Kali ini tidak naik kereta. Namun pulang ke Jogja dari Semarang, saya menggunakan kereta Banyubiru. Walaupun tak menggunakan AC, kereta ini sangat bersih. Keretanya memang tampak baru. Sayang rutenya muter-muter sehingga perjalanan dari Semarang ke Jogja hampir mencapai lima jam.

Bulan Februari saya pergi ke Mojokerto menggunakan kereta Bima dari Gambir arah Gubeng. Berangkat jam 17.00 sore. Waktu itu hampir saja saya mau naik kereta Gaya Baru Malam Selatan, namun karena wiken panjang hingga Selasa, saya urungkan naik itu. Dan beruntung teman sebelahku adalah orang yang ramah, kami banyak mengobrol mengenai cita-cita dan kebudayaan Betawi.

Bulan Mei saya pergi ke Jogja dari Jakarta, saya berangkat menggunakan Taksaka yang berarti ular. Perjalanan ini terasa biasa karena dulu sering naik Taksaka, hehehe... pulang dari Jogja ke Jakarta saya iseng naik Gajayana yang berangkat dari Malang dan berhenti sebentar di Tugu jam 12 malam. Kereta argo paling saya suka adalah Gajayana, interiornya bagus, bagasi atas kepala juga lebar.

Terakhir naik kereta bulan Juni, perjalanan Jakarta-Jogja-Jakarta, dua-duanya menggunakan kereta bisnis Fajar Utama. Ini kali pertama aku naik kereta bisnis (waktu kecil pernah, tapi udah lupa hehehe.). Gerbongnya bau sekali, namun sesekali ada yang menawarkan semprotan pewangi ruangan dan kita membayar mereka. Sayang, menurutku malah tambah nggak enak baunya. Tidak seperti kereta eksekutif, kereta bisnis selalu ramai oleh pedagang.

Sampai sekarang belum berhasil naik kereta ekonomi (well, kecuali KRL Jabodetabek), masih penasaran tapi takut sendiri. Ada yang mau nemenin? Hehehe... :)

2 komentar untuk "Being a Railfan"

  1. Koreksi, Gajayana bukan Argo, mas. Gajayana itu sekelas dibawah Argo, tapi sebenarnya ngalahin KA Argo manapun. Saat ini, KA terbaik adalah Gajayana dan Bima. Bima itu guncangannya paling rendah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaa beda toh. Ok ok makasih Mas!
      Aku bukan mas mas!!

      Hapus